Bisnis.com, BANDUNG - Masjid Al Jabbar akan menjadi masjid termegah di Jawa Barat dengan fakta-fakta menarik di dalamnya. Mulai dari lokasi, konsep hingga kapasitas yang bahkan menyamai kapasitas stadion sepakbola.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan Masjid Al Jabbar bak anugerah bagi Jawa Barat. Pasalnya, seluruh yang ada di dalam nama Al Jabbar merepresentasikan Jawa Barat.
Kang Emil, sapaan akrabnya, menuturkan Al Jabbar ini dibangun dengan konsep keilmuan di dalamnya, yakni dari rumus matematika. Selain itu, Al Jabbar juga merupakan nama dari penemu rumus tersebut yang juga merupakan ilmuwan muslim terkenal di dunia.
"Konsepnya itu dari matematika, rumus matematika, ada sebuah rumus, matematika itu kan identik dengan Aljabar, ilmuwan matematika terkenal di dunia kan namanya Aljabar, kemudian Al Jabbar juga nama Asmaul Husna yang kita tuliskan di mihrab itu, yang artinya Agung, kebetulan juga Aljabar juga bisa adalah singkatan, Jawa Barat, jadi sudah takdirnya namanya itu, jadi Al Jabbar itu," jelas Kang Emil di Masjid Al Jabbar, Kota Bandung, Senin (26/12/20222).
Bangunan Masjid Al Jabbar juga, lanjut Kang Emil, dibangun tanpa kolom, sehingga bentuknya menjadi sangat megah.
"Artinya kita menjadi sangat kecil, tentunya [dalam] kita beribadah kepada Allah SWT," jelasnya.
Kemudian, di dalam bangunan utama masjid, terdapat tiang-tiang yang menjulang berjumlah 12 tiang. Di dalamnya terdapat sistem sirkulasi udara yang baik sehingga menunjang kesejukan di dalam masjid agar lebih terasa nyaman.
"Kemudian dalam teknik supaya suasananya nyaman seperti sekarang, AC-nya tidak disemprot dari atas seperti biasanya, tapi disebar di tiang-tiang yang sudah disebar. Ini didesain tiang-tiang dalamnya AC, untuk menyamankan di bawah 2-3 meter di atas lantai, ini seperti Masjid Nabawi [rak di tiang] bisa dipakai untuk Alquran, untuk tadarus," jelasnya.
Untuk akses ke dalam bangunan utama masjid, ada 27 pintu yang merupakan representasi dari jumlah daerah di Jawa Barat. Masing-masing pintu tersebut dinamai laiknya nama daerah di Jawa Barat, lengkap dengan ornamen batik khas masing-masing daerah.
"Karena ini Masjid Jawa Barat, dari awal dikonsepkan agar ada pintu-pintu atau tempat dari 27 kota/kabupaten. Jadi kalau di-zoom, batiknya beda-beda. Pintu Majalengka, Pintu Ciamis, Pintu Garut, terus semua 27 wilayah terwakili kejawabaratannya," jelasnya.
Diusulkan Ridwan Kamil saat masih jadi Wali Kota Bandung
Kang Emil menjelaskan, Masjid Al Jabbar ini merupakan masjid yang ia usulkan kepada Gubernur Jawa Barat masa jabatan 2013-2018 yakni Ahmad Heryawan saat Kang Emil masih menjabat Wali Kota Bandung.
Pasalnya, saat itu Jawa Barat belum memiliki masjid raya. Adapun selama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat ikut menempel nama di Masjid Agung Bandung yang ada di Alun-alun Kota Bandung.
"2016 menghadap, Pak Aher kalau bisa mah Jabar punya masjid raya sendiri, kan (selama ini) nebeng ke Masjid Agung Bandung, makanya Masjid Agung Bandung diubah namanya jadi Masjid Agung Raya Bandung Provinsi Jawa Barat. Padahal urutannya gini, Masjid negara milik negara Istiqlal, kalo provinsi masjid raya, kalau kota/kabupaten itu masjid agung, kalau kecamatan masjid besar, kalau desa masjid jami," jelasnya.
Setelah ini, maka masjid dengan kapasitas 50.000 jemaah ini akan menjadi Masjid Raya Jawa Barat sekaligus menjadi yang termegah di Jawa Barat.
"Ini cerita takdir, takdir Arsitek jadi Gubernur, itu mah udah jadi takdir Allah, saya Gubernur saya mengarsiteki juga, karena idenya saya ngasih usul ke Pak Aher," ungkapnya.
Berfungsi pengendali banjir dan perekonomian
Area Masjid Al Jabbar yang dibangun di atas lahan hampir 28 hektare ini, ternyata tidak hanya berfungsi sebagai kawasan peribadatan saja. Namun, ada fungsi lingkungan dimana di bawah masjid tersebut ada kolam retensi seluas 7,2 hektare. Fungsinya yakni untuk menjadi penampung air agar kawasan Gedebage, Kota Bandung tidak direndam banjir.
Selain itu, disana juga akan menjadi kawasan wisata religi di mana kawasan yang memiliki arsitektur unik ini juga memiliki Museum Rasul yang merupakan pusat informasi sejarah islam di nusantara dan Jawa Barat.
Kemudian, ada fungsi ekonomi di mana area yang dilengkapi dengan taman yang luas tersebut bisa dimanfaatkan untuk bazar, area rekreasi hingga pusat jajanan sehingga diharapkan perekonomian di daerah tersebut ikut terdongkrak.
Dikelola laiknya Masjidil Haram
Kang Emil mengatakan, nantinya Masjid Al Jabbar akan dikelola laiknya Masjidil Haram dengan menerapkan kemandirian dan tidak tergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Ujungnya itu, bisa mandiri seperti rumah sakit, pendapatannya ga usah masuk APBD dulu tapi langsung dipakai untuk operasional. Konsepnya harus seperti Masjidil Haram," imbuhnya.
Sehingga nantinya, segala bentuk aktivitas ekonomi di Kawasan Masjid Al Jabbar bisa menghidupi operasionalisasi masjid tersebut. (K34)