Bisnis.com, BANDUNG — Ancaman kenaikan harga pangan menjelang ramadan tahun ini, sudah mulai diantisipasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat.
Kadisperindag Jabar Iendra Sofyan mengatakan dinamika kenaikan harga sudah biasa terjadi setiap tahun, terutama saat momen perubahan cuaca dan hari besar keagamaan nasional (HKBN).
Namun, kini pihaknya juga berhadapan dengan kondisi eksternal seperti naiknya kembali nilai tukar dolar, perang Rusia-Ukraina, hingga kenaikan harga minyak dunia.
“Ini mempengaruhi pada biaya transportasi dan produksi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (8/3/2022).
Menurutnya tahun ini ada semacam fenomena kenaikan harga terjadi secara prematur. Kenaikan komoditas biasanya terjadi saat mendekati puasa dan lebaran.
“Sekarang dua bulan sebelumnya sudah mulai naik, minyak goreng, cabai rawit. Untuk mengantisipasi kenaikan ini kami sudah menggelar rapat koordinasi dengan instansi terkait pangan, kami sudah bicarakan kondisi hulu sampai hilir, tidak hanya dari sisi perdagangan saja,” tuturnya.
Untuk strategi awal, pihaknya sudah menyusun data terkait stok dan sumber ketersediaan pangan yang didapat dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan. Di sisi lain, pihaknya juga memantau secara intens perkembangan harga dan suplai di lapangan.
"Solusi penanganan kenaikan harga kami pemerintah turun tangan lewat operasi pasar. Akan kami gelar sejak awal puasa sampai lebaran. Kita siapkan anggaran Rp15 miliar,” katanya.
Rencananya pemenuhan stok untuk operasi pasar akan diambil dari distributor atau Bulog. Iendra menilai anggaran Rp15 miliar belum mumpuni untuk menekan harga, karena itu pihaknya akan menghadirkan komoditas yang sangat diperlukan dan kenaikan harganya signifikan.
“Kita kaji dulu, berapa banyak kebutuhan, berapa suplainya, targetnya kita dorong operasi pasar ini untuk warga yang masuk kemiskinan ekstrem atau masyarakat yang sangat membutuhkan,” ujarnya.