Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah memutuskan Ibu Kota Negara (IKN) pindah ke Kalimantan Timur dari DKI Jakarta. Lalu bagaimana nasib DKI ke depan?
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut dari kajian sejarah, Jakarta sedianya tidak dipersiapkan menjadi ibu kota negara.
Sebab, berkaca pada sejarah ada tiga lokasi yang sempat disurvei untuk dijadikan ibu kota yakni Bandung, Malang dan Surabaya.
"Saya baca sebenarnya di zaman kolonial Batavia itu tidak cocok jadi ibu kota. Saat ada pandemi namanya malaria yang mati itu ribuan jadi diputuskanlah oleh pemerintah kolonial memindahkan ibu kota di survei di tiga lokasi Malang, Surabaya, Bandung yang dipilih adalah Bandung dengan segala perhitungan," kata Emil, sapaan akrabnya, Rabu (26/1/2022).
Rencana pemerintahan kolonial memindahkan ibu kota ke Bandung terbukti dengan mulai berpindahnya kantor pemerintahan hingga markas militer.
"Pindahlah semua militer di Indonesia ngumpulnya di Bandung dan Cimahi pindahlah Kementerian Perhubungan, makanya PT KAI sampai sekarang kantor pusatnya di Bandung pindahlah Kementerian ESDM makanya ada Museum Geologi," tuturnya.
"Namun sayangnya Jepang keburu datang. Terputuslah ibu kota negara versi pemerintah kolonial itu oleh takdir sejarah. Jadi Jakarta itu tidak pernah di desain sebagai ibu kota," tuturnya.
Intinya, kata Emil, pemerintah Indonesia belum punya ibu kota yang secara fundamental mewakili nilai kebangsaan. Akibatnya, Jakarta berkembang menjadi mesin ekonomi dominan dan mengambil banyak peran sangat besar.
"Jadi republik ini sebelumnya tidak pernah punya sejarah mendesain ibu kotanya yang benar fundamental dan mewakili semua nilai kebangsaan, itu belum pernah ada di Jakarta. Akibatnya apa Jakarta mengambil semua peran sebagai kota bisnis, kota pemerintahan, kota pendidikan," tuturnya.
Karena terlalu vital roda pemerintahan dan ekonomi bertumpu di Jakarta. Maka, segala bentuk gejolak di Jakarta bisa beresiko melumpuhkan aktivitas keduanya dengan mudah.
"Makanya ada yang nanya melumpuhkan Jakarta mah oleh sebuah demo politik ekonomi," ungkap Emil.
Menyinggung soal rencana kepindahan ibu kota negara, Emil menilai usulan itu sudah datang sejak zaman Presiden Soekarno.
"Bung Karno menghitung Kalimantan jadi ide ini sudah datang lama. Cuma Bung Karno memilihnya Palangkaraya. Di mana di Kalimantan tidak ada gunung berapi jauh dari laut sehingga pada teori pertahanan kalau ada negara nyerang dari laut pasti jauh kira-kira akhirnya diputuskan sekarang mungkin ada pertimbangan lain," jelasnya.