Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan ASN Beli Produk Kerajinan Kulit Bisa Selamatkan UMKM Sukaregang

Asosiasi Penyamak Kulit Garut meminta pemerintah mencari solusi untuk menyelamatkan para perajin olahan kulit yang saat ini kehilangan tenaga akibat hantaman pandemi Covid-19 dan gempuran produk China.
Tim Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021 mengunjungi ruang pamer produk kerajinan kulit di Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Perkulitan Garut, di Sentra Industri Kulit Sukaregang, Kabupaten Garut, belum lama ini/Bisnis
Tim Jelajah Investasi Jabar Jateng 2021 mengunjungi ruang pamer produk kerajinan kulit di Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Perkulitan Garut, di Sentra Industri Kulit Sukaregang, Kabupaten Garut, belum lama ini/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Asosiasi Penyamak Kulit Garut meminta pemerintah mencari solusi untuk menyelamatkan para perajin olahan kulit yang saat ini kehilangan tenaga akibat hantaman pandemi Covid-19 dan gempuran produk China.

"Saya rasa ini tergantung pemerintah, bagaimana kebijakannya," kata Wakil Ketua Bidang Hubungan Pemerintahan Asosiasi Penyamak Kulit Garut Sukandar kepada Bisnis.com, Senin (13/9/2021).

Ia menyontohkan, sebenarnya pemerintah bisa berbuat banyak untuk memberikan tenaga tambahan para perajin kulit lokal. Seperti kebijakan mewajibkan para ASN untuk membeli produk perajin kulit lokal yang bisa digunakan untuk berkerja, seperti sepatu, tas, sabuk, sendal tarumpah, jaket, dompet dan banyak lagi.

"ASN kan banyak,di seluruh Indonesia ada berapa? Mereka juga relatif tidak terdampak pandemi, nilainya pun tidak terlalu besar, tapi itu sangat terasa bagi pelaku usaha pengrajin kulit," jelasnya.

Hal tersebut kata dia adalah salah satu bentuk keberpihakan yang bisa dilakukan pemerintah secara riil.

"Kalau pemerintah mau, pemerintah bisa memberlakukan kebijakan tersebut," jelasnya.

Kalau masalah digitalisasi kata dia, sudah dilakukan oleh anggotanya. Banyak anggotanya yang sudah melakukan migrasi pemasaran dari konvensional ke marketplace. Namun tetap saja kata Sukandar, para pengerajin kerepotan untuk bersaing dengan produk serupa dari China yang dibanderol dengan harga lebih murah.

"Sudah kami lakukan, tapi tetap saja sulit," jelas dia. (K34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper