Bisnis.com, BANDUNG - Bupati Bandung Dadang Supriatna memastikan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di Kabupaten Bandung diterapkan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Hal tersebut disampaikan oleh bupati usai meninjau pelaksanaan PTM Terbatas di 4 titik yaitu SDN Cingcin 01, SMPN 1, TKN Percontohan dan SMKN 1 Soreang.
Saat dilakukan peninjauan, ia memastikan protokol kesehatan (prokes) diterapkan dengan ketat. Di antaranya penyediaan tempat cuci tangan, pengukur suhu tubuh, penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah kegiatan dan yang paling utama, yaitu pembatasan maksinal 25 persen dari jumlah total siswa.
Antusiasme ditunjukkan para siswa, menghadapi hari pertama sekolah semenjak pembelajaran jarak jauh diberlakukan selama masa pandemi. Bupati berharap, kesempatan itu dipergunakan para siswa untuk adaptasi menjalani kebiasaan baru.
"Kita awalnya canggung bermasker, sekarang terbiasa. Biasanya tidak bawa hand sanitizer, sekarang bawa. Begitu pula dengan kebiasaan saat tatap muka ini. Semua pihak harus memantau kelancarannya, komunikasi dan koordinasi harus terjalin dengan baik antara pihak sekolah dan orangtua," ucap Dadang dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis.com, Senin (6/9/2021).
Pola hidup dan kebiasaan sehat, tutur bupati yang akrab disapa Kang DS itu, memang harus dibangun sejak dini. Siswa akan lebih menurut kepada gurunya, ketimbang orangtuanya. Oleh karenanya, PTM Terbatas merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mensosialisasikan prokes 5M.
Suksesnya pelaksanaan PTM Terbatas, sangat bergantung kerjasama semua pihak. Tidak hanya sebatas peran sekolah dan orangtua saja, aparat keamanan setempat pun dituntut untuk berperan.
Orangtua siswa khususnya di tingkat TK dan SD, harus memastikan anaknya diantar dan dijemput sampai ke sekolah dan pulang ke rumah. Pihak sekolah tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berkerumun, beres sekolah langsung pulang.
Satuan tugas, baik di tingkat desa, kelurahan dan kecamatan juga diminta harus memantau titik-titik yang berpotensi timbulnya kerumunan. Jangan sampai anak sekolah, nongkrong di warung atau tempat lainnya.
"Jika orangtua tidak punya kendaraan pribadi, apakah pihak sekolah bisa menyediakan alat transportasi antar jemput atau mekanismenya seperti apa, harus kita pikirkan," tutur Kang DS.
Pengaturan pembelajaran, tambahnya, tidak menyediakan waktu bagi siswa untuk istirahat sehingga siswa diimbau untuk membawa bekal makan minum dari rumah masing-masing.
Meskipun ada warung atau kantin di sekolah, kata Kang DS, harus menyediakan makanan yang tertutup, dalam arti terjamin kebersihannya.
Ke depan, ia akan mengusulkan untuk pemberian vaksinasi bagi para siswa. Dengan terbentuknya herd immunity di kalangan pelajar, maka kegiatan pembelajaran normal bisa secepatnya diberlakukan.
"Jumlah pelajar kita itu mencapai sekitar 750 ribu, berarti kita butuh sekitar 1,5 juta dosis. Saya sudah bersurat kepada pemerintah pusat untuk pengadaan vaksin bagi pelajar," pungkasnya pula.
Sementara di tempat terpisah, Wakil Bupati Bandung Sahrul Gunawan meninjau SMPN 1 Margahayu. Ia mengatakan, peran orangtua dalam kondisi saat ini sangat penting.
"Tatap muka ini kan dalam sehari baru 25 persen, sedangkan sisanya yang 75 persen masih dilakukan dengan daring (online). Tentu pengawasan dari orangtua ini masih sangat diperlukan," ujar Wabup.
Jika biasanya, orangtua menganggap ketika anak pada waktu ber adalah tanggungjawab pihak sekolah saja, kini sinergi antara orangtua dan guru sangat dibutuhkan.
"Mari kita sama-sama berupaya dan berdoa, semoga kegiatan belajar tatap muka ini berjalan dengan lancar, dan para warga belajar terhindar dari risiko munculnya klaster baru pandemi covid-19," harap Sahrul Gunawan. (K34)