Bisnis.com, BANDUNG—Potensi energi baru terbarukan (EBT) di Jawa Barat tercatat hingga 192 gigawatt, namun sejauh ini investor yang melirik masih minim.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menekankan hal tersebut di West Java Energy Forum (WJEF) 2024 yang diinisiasi oleh Dinas ESDM Jawa Barat. Menurutnya potensi EBT yang besar tidak melulu menjadi angka pajangan yang selalu dibangga-banggakan.
“Kan 192 Gigawatt potensinya, makanya melalui forum ini saya pesan ke Bu Kadis ESDM supaya kita jangan hanya senang dengan potensinya, tapi segera follow up. Kawal betul mereka yang mau berinvestasi. Jangan sampai dilepas,” katanya di Hotel Pullman, Bandung, Kamis (21/11/2024).
Menurutnya investor perlu mendapatkan informasi dan tawaran yang jelas terkait insentif yang bisa didapatkan dengan menamakan modal di sektor ini. Dia juga meminta ESDM Jabar memberikan peta yang lebih rinci terkait potensi EBT seperti panas bumi dan lain-lain pada investor.
“Insentifnya yang jelas, apa saja yang bisa diberikan kepada mereka, supaya investor tertarik dan titik-titik mana saja misalnya untuk geothermal, dimana saja. Kemudian angin, air dan sebagainya. Jadi tentunya kita berharap Jawa Barat menjadi pionir dalam transisi energi, karena kita potensinya ada dan seharusnya bisa,” tuturnya.
Sebagai provinsi dengan potensi EBT mencapai 192 GW, yang terdiri dari energi angin, air, panas bumi, matahari, serta limbah yang dapat dimanfaatkan menjadi biomassa atau biogas, Jawa Barat memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor transisi energi di Indonesia.
Baca Juga
Namun, saat ini, realisasi pemanfaatan EBT di Jawa Barat baru mencapai 3,67 GW atau sekitar 2% dari total potensinya.
“Kecil sekali, baru 2% yang dimanfaatkan. Geothermal, biomassa didorong juga dari peternakan sapi, Legoknangka salah satunya dengan [potensi] 40 MW,” ujarnya.
Bey menuturkan pihaknya menyadari bahwa salah satu tantangan utama adalah kebutuhan pendanaan yang sangat besar. Diperkirakan, hingga tahun 2050, dibutuhkan investasi sebesar 275 miliar USD untuk mendukung penyediaan energi yang sejalan dengan target Net Zero Emission.
“Oleh karena itu, peran serta seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan,” katanya.
Di tingkat provinsi, Jawa Barat terus mendukung komitmen nasional ini dengan menginisiasi pembaruan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) melalui revisi terhadap Perda Nomor 2 Tahun 2019. RUED yang diperbarui ini menetapkan target ambisius dalam bauran energi primer, yaitu 39,30% pada 2035, 58,07% pada 2045, dan 70,29% pada 2050.
Kepala Dinas ESDM Jabar Ai Sadiiyah mengatakan pihaknya sejauh ini bauran energi di Jawa Barat sudah bisa mencapai 24%. Pihaknya menargetkan tahun depan investasi di sektor EBT mulai menggeliat. “Masih diolah di West Java Investment Summit, kita masih bridging dan investor meeting,” katanya.
Ketua DPRD Jabar Bucky Wibawa mendukung upaya Pemprov Jabar yang terus mendorong bauran energi lewat berbagai program. Pihaknya memastikan akan memberikan dukungan lewat kebijakan, penganggaran, termasuk pengawasan. “Berharap provinsi Jawa Barat nanti jadi pelopor terbaik dalam sektor energi baru terbarukan ini,” pungkasnya.