Bisnis.com, GARUT - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang kembali diperpanjang menjadi level 4, 'memukul' penjual kerajinan kulit di Sentra Industri Kulit Sukaregang, Jalan Gagak Lumayung, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Berharap untung pada bulan Kemerdekaan Republik Indonesia, penjual kerajinan dari bahan kulit sapi itu justru dirundung kebingungan. Jumat (6/8/2021) siang, suasana di sentra tersebut tampak sepi dari aktivitas.
Pantauan langsung oleh tim Bisnis.com, sebagian besar galeri tampak tertutup. Meskipun ada beberapa galeri yang buka, sama sekali tidak terlihat adanya aktivitas jual beli kerajinan tersebut.
Muhammad (52), penjual kerajinan kulit mengaku, kondisi ini sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Sebelum pandemi, pada Agustus ia selalu kebanjiran pesanan dan kedatangan pembeli dari luar kota.
Penutupan jalan yang dilakukan di kawasan perkotaan Garut membuat para pembeli kesulitan dan terpaksa memutar.
"Toko juga tidak buka setiap hari. Dalam satu minggu paling empat kali, karena kalau setiap hari juga percuma," kata Muhammad di Kabupaten Garut, Jumat (6/8/2021).
Selama satu bulan terakhir ini, kata Muhammad, ia hanya mampu menjual 33 produk kulit yang sebagian besar hanya gantungan kunci serta ikat pinggang. Pendapatan selama bulan tersebut tidak lebih dari Rp2 juta.
Ia berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Menurutnya, sampai saat ini belum ada bantuan khusus, terutama dari Pemerintah Kabupaten Garut.
"Sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah, terutama pemasaran. Misalnya seluruh PNS pakai produk dari sini, mungkin membantu," katanya.
Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Garut diminta melakukan penjualan secara daring selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut Suhartono mengatakan, para pelaku UMKM bisa memanfaatkan sejumlah aplikasi e-commerce. Menurutnya, tingkat penjualan melalui media tersebut lebih tinggi dibandingkan berjualan secara langsung.
"Pembatasan membuat mobilitas berkurang, masyarakat cenderung suka belanja melalui online. Kami dorong agar semua bisa memanfaatkan itu," kata Suhartono.
Menurutnya, kalau seluruh pelaku UMKM bisa memanfaatkan e-commerce sebagai wadah penjualan, usaha rakyat tersebut tidak akan terlalu sulit selama masa krisis PPKM darurat.
Suhartono mengatakan, selain melalui e-commerce para pelaku UMKM pun bisa memanfaatkan aplikasi Parigel yang dibuat oleh Dinas Koperasi dan UKM untuk berdagang secara online.
Aplikasi Parigel bisa diunduh oleh para pelaku UMKM melalui playstore di smartphone android.
“Mereka bisa promosi melalui online dengan langsung order antar buyer dan produsen. Aplikasi tersebut bisa memberikan peluang bagi usaha mikro memanfaatkan teknologi informasi untuk pengembangan usahanya,” katanya.
Diharapkan, adanya aplikasi tersebut dapat meningkatkan omzet penjualan. "UMKM harus naik kelas, karena segala macam pelayanan sudah bisa melalui digital," katanya.