Bisnis.com, PURWAKARTA – Sektor Pariwisata di Kabupaten Purwakarta menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan sejak beberapa tahun terakhir. Sebelum pandemi, tingkat kunjungan wisatawan ke wilayah ini juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Bahkan, dari catatan yang ada, di 2018 lalu kunjungan wisatawan ke kabupaten kecil kedua di Jabar ini menjadi penyumbang terbesar ke tiga dari target kunjungan wisatawan ke Jawa Barat. Saat itu, lebih dari 2,5 juta wisatawan berkunjung ke wilayah ini.
Namun sayang, terus meningkatnya jumlah kunjungan ini tak dibarengi dukungan fasilitas pariwisata yang memadai sebagai penunjang. Misalnya, masih minimnya keberadaan hotel berbintang dan penginapan di wilayah itu. Alhasil, selama ini wisatawan yang datang, kebanyakan hanya melintas saja atau tidak sempat singgah sejenak di wilayah tersebut.
“Hotel berbintang sih ada. Di kita sudah ada dua, ada Harper dan Plasa Hotel. Memang, kalau berbicara ideal sih belum menunjang,” ujar Sekretaris Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta Heri Anwar kepada Bisnis.com, Kamis (4/3/2021).
Dengan kata lain, lanjut dia, memang bisa dikatakan saat ini jumlah hotel berbintang di wilayahnya masih belum memadai untuk menunjang sektor wisata. Di sisi lain, keberadaan hotel ini bisa sangat bersinergi dan mendukung sektor pariwisata yang digaungkan di wilayahnya.
Kalau melihat grafik, sambung dia, sebelum adanya pandemic tingkat kunjungan wisatawan ke wilayahnya lumayan tinggi. Bahkan, trend kunjungan wisatawan ke wilayahnya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Apalagi, setelah ada pertunjukan Air mancur menari di taman Sribaduga (Situ Buleud).
“Taman Sribaduga, selama ini jadi penyumbang terbesar kunjungan wisatawan ke daerah kami,” jelas dia.
Dulu, setiap akhir pekan lokasi ini penuh sesak oleh para pengunjung, baik lokal maupun luar daerah. Kujungan ke lokasi ini saja, hampir 50 ribu pengunjung dalam setiap pertunjukannya. Menurut dia, kalau saja di pusat kota ada hotel berbintang, bisa jadi perputaran uang akan lebih massif lagi.
“Jadi, karena keterbatasan tempat penginapan, kebanyak dari wisatawan ini memilih menginap di daerah terdekat seperti Kota Bandung dan Kabupaten Karawang. Artinya, kita hanya jadi daerah lintasan saja,” pungkasnya. (K60)