Bisnis.com, BANDUNG - Airport Operation and Performance Group Head PT BIJB Agus Sugeng Widodo mengatakan Garuda Indonesia yang membuka penerbangan Kertajati-Denpasar mulai Juli 2019 memutuskan hengkang sejak awal Agustus dari Kertajati.
“Betul, [Garuda tutup] full, no order, persisnya awal Agustus,” katanya saat dihubungi di Bandung, Selasa (17/9/2019).
Alasan Garuda setop beroperasi, menurut Sugeng, sampai saat ini belum diketahui pihaknya, mengingat keputusan tersebut ada di internal Garuda. Awalnya, Garuda juga akan memindahkan rute penerbangan Surabaya dari Kertajati, namun sampai saat ini rute tersebut belum juga dioperasikan.
“Sekarang tinggal Lion Air dan Air Asia, load factor-nya bagus,” tuturnya.
Sugeng mengakui load factor Garuda Indonesia dan Citilink yang sudah hengkang lebih dulu rata-rata masih bagus. Bahkan, dibandingkan dengan saat kedua maskapai tersebut terbang ke rute yang sama dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
“Kalau dirata-ratakan sama, bahkan kita lebih banyak sedikit [dibanding Husein] tapi itu kebijakan internal perusahaan mereka, kita tidak ikut campur,” ujarnya.
Baca Juga
Hengkangnya Garuda dari Kertajati, menurutnya, termasuk kerugian mengingat tidak ada lagi penerbangan premium dan full service yang dibutuhkan konsumen kelas atas.
Kondisi ini juga berpengaruh pada load factor harian Kertajati yang saat ada Garuda dan Citilink bisa mencapai 4.000-5000 penumpang tinggal 3.000-2.500 penumpang.
“Lion Air juga berhenti yang ke Pontianak, tidak beroperasi. Tapi yang lain normal,” kata Sugeng.
Saat ini, Kertajati mengandalkan rute-rute yang merupakan primadona penumpang seperti Batam, Kualanamu Medan dan Denpasar, Balikpapan serta Banjarmasin.
Dari catatan BIJB, sampai pertengahan Agustus ini sebanyak 229.988 penumpang menggunakan bandara tersebut.
“Itu rute-rute paling bagus kita selama ini, bahkan penerbangan ke Batam mau ditambah,” paparnya.
Meski Garuda keluar, Sugeng memastikan saat ini pihak Xpress Air tengah bersiap membuka rute penerbangan ke Palembang dan Padang dari Kertajati mulai Oktober mendatang. Dua rute ini akan dibuka setelah pihak maskapai melakukan kajian dan ada permintaan cukup baik ke rute tersebut dari Kertajati.
“Kalau alat navigasi selesai, Xpress mau masuk juga,” ujarnya.
Perubahan alat navigasi penting mengingat selama ini Kertajati menggunakan satelit performance based navigation untuk melayani pesawat-pesawat komersial modern. Sementara, untuk Xpress perlu ada penyesuaian teknologi navigasi.
“Navigasi kita untuk pesawat-pesawat yang baru, tapi untuk mengakomodir pesawat-pesawat yang lama kita tetap pasang navigasinya,” tambah Sugeng.