Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penumpang Bandara Kertajati Turun, Nusawiru dan Penggung Meningkat

Tercatat 19.531 penumpang menggunakan layanan penerbangan domestik dari Bandara Kertajati pada Januari-Juni 2025, turun 78,35% dibandingkan semester I 2024.
Bandara Kertajati/Bisnis
Bandara Kertajati/Bisnis

Bisnis.com, MAJALENGKA - Jumlah penumpang di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati mengalami penurunan signifikan sepanjang semester I 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, tercatat 19.531 penumpang menggunakan layanan penerbangan domestik dari Bandara Kertajati pada Januari hingga Juni 2025, atau turun 78,35% dibandingkan 90.193 penumpang pada semester I tahun 2024.

Kepala BPS Provinsi Jawa Barat Darwis Sitorus menjelaskan tren penurunan ini merupakan dampak dari penghentian sementara layanan penerbangan domestik di Bandara Kertajati.

"Kondisi ini tentu memengaruhi jumlah penumpang secara keseluruhan, namun menjadi momentum penting untuk redistribusi lalu lintas udara ke bandara lain di Jawa Barat,” ujarnya, Senin (4/8/2025).

Menurut Darwis, penurunan ini juga memberikan kesempatan bagi bandara-bandara kecil di daerah untuk berkembang. “Dengan menurunnya dominasi Bandara Kertajati, bandara lain seperti Nusawiru di Pangandaran mulai menunjukkan peningkatan aktivitas yang menjanjikan,” lanjutnya.

Data BPS menunjukkan, Bandara Nusawiru mencatatkan kinerja penumpang paling positif selama semester I 2025. Jumlah penumpang yang berangkat dari bandara tersebut mencapai 1.607 orang dalam enam bulan pertama 2025, meningkat 5,58% dibandingkan 1.522 penumpang pada periode yang sama tahun 2024.

Secara bulanan, kinerja Bandara Nusawiru juga mencatatkan tren pertumbuhan. Pada Juni 2025, sebanyak 308 penumpang tercatat berangkat dari Nusawiru, naik 6,57% dibandingkan Mei 2025 sebanyak 289 penumpang. Jika dibandingkan Juni 2024 yang mencatat 197 penumpang, kenaikan year-on-year mencapai 56,35%.

“Ini sinyal positif, masyarakat mulai memanfaatkan layanan transportasi udara dari bandara lokal, yang sebelumnya kurang optimal,” kata Darwis.

Menurutnya, peningkatan ini dapat mendorong pembangunan infrastruktur pendukung serta peningkatan frekuensi penerbangan dari bandara tersebut. Darwis menilai, enomena redistribusi penumpang merupakan bagian dari penyesuaian pola mobilitas udara di Jawa Barat.

Ia mencontohkan, Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung juga menunjukkan peningkatan jumlah penumpang pada Juni 2025 sebesar 71,88% secara bulanan, dari 32 orang pada Mei menjadi 55 orang pada Juni 2025.

“Meski secara tahunan jumlahnya turun dibanding Juni 2024, namun perbaikan pada bulan berjalan menunjukkan potensi pemulihan bertahap,” ujarnya. 

Secara kumulatif, Bandara Husein Sastranegara mencatat 228 penumpang pada semester I 2025, turun 51,60% dibandingkan 469 penumpang pada periode sama tahun lalu.

Bandara Cakrabhuwana Penggung di Kota Cirebon juga mengalami pertumbuhan signifikan secara bulanan. Jumlah penumpang pada Juni 2025 mencapai 14 orang, naik 600% dibanding Mei 2025 yang hanya mencatat 2 penumpang. Secara kumulatif, jumlah penumpang dari bandara ini mencapai 73 orang hingga Juni 2025.

Darwis menyampaikan bahwa pertumbuhan di bandara kecil menjadi peluang untuk pemerataan layanan transportasi udara. “Ini membuka ruang bagi pengembangan konektivitas antarwilayah, khususnya daerah-daerah wisata dan industri yang memerlukan dukungan mobilitas cepat,” jelasnya.

Namun, menurut Darwis, penurunan ini tidak semata-mata menandakan lemahnya sektor transportasi udara, melainkan refleksi dari perubahan operasional dan strategi distribusi penumpang. 

"Ketika satu bandara berhenti melayani sementara, justru memberikan kesempatan bagi bandara lain untuk berperan aktif dalam menopang kebutuhan mobilitas,” ujarnya.

Darwis menambahkan, ke depan diperlukan kolaborasi antara pemerintah daerah, operator bandara, dan maskapai penerbangan untuk menyusun strategi pelayanan yang adaptif. 

Ia optimistis dengan adanya pergeseran layanan, potensi transportasi udara di Jawa Barat justru lebih terbuka lebar. “Pemerataan pelayanan, peningkatan bandara regional, dan efisiensi rute penerbangan bisa menjadi jalan keluar dari tantangan ini,” pungkas Darwis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro