Bisnis.com, TANGERANG - PT Angkasa Pura II (Persero) tengah mempersiapkan Terminal 2F di BandaraInternasional Soekarno Hatta menjadi terminal low cost carrier (LCC) untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia.
Presiden Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin di Jakarta, Kamis, mengatakan, persiapan untuk menjadikan Terminal 2F sebagai terminal yang menawarkan ketentuan tarif yang lebih murah ketimbang dengan terminal lain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta telah mendapat respons positif dari Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pariwisata.
"Hari ini (Kamis) Kemenpar dan AP II membahas bahwa kami akan secara formal mengoperasikan Terminal 2F sebagai LCCT pada 1 Mei mendatang. Sesuai dengan arahan dari Bapak Presiden yang kemudian diinstruksikan melalui Menteri BUMN, Menteri Perhubungan dan Menteri Pariwisata,” ujarnya.
Strategi menjadikan Terminal 2F sebagai LCC agar segmentasi setiap terminal berbeda. Khususnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang memiliki Terminal 1,2,3 dan sebentar lagi akan ada Terminal 4.
“Ditambah lagi akan dibangun terminal khusus umrah, sehingga perlu ada segmentasi setiap terminal. Kami sudah melaporkan kepada Menteri perhubungan dan Responsnya positif,” kata Awaluddin.
Termasuk juga, kepada Kamis ini kepada Menteri Pariwisata PT Angkasa Pura II sudah melakukan pemaparan. “Secara teknis tadi Pak Menpar minta pengalokasian parking stand dan contact stand maskapai khusus LCC minta ditambah dari yang ada saat ini. Karena kan untuk supporting pariwisata itu salah satu yang menambah volume inbound traffic atau foreign tourist arrivals dari LCCT,” katanya.
Hal teknis lain yang diprioritaskan adalah pelayanan simple yang tidak terputus. Sebab, para penumpang LCC kebanyakan budget traveler yang memang dari sisi waktu, biaya, kemudahaan, khususnya memerlukan kecepatan sampai ke lokasi tujuan. Layanan yang berbasis digitalisasi sangat membantu, di samping konsep layanan yang berbasis self service.
“Selain itu dari sisi udara pun, ground time LCC berbeda dengan full service carrier. Kalau LCC paling lama satu jam, sedikit sekali ground time. Tarif maskapai juga dimungkinkan tidak flat. Akan akan diferensiasi tarif, artinya dapat dinamis. Contohnya untuk maskapai yang landing atau take offnya pada malam hari, itu akan sangat berbeda dengan kalau mereka take off atau landing malam hari. Kenapa? kan kalau di malam hari okupansi traffic sedang turun. Sehingga kita juga bisa mengoptimalkan atau mengutilisasi terjadinya peningkatan alat produksi kita yang sebelumnya idle,” katanya.
Sementara itu, Febri Toga Simatupang, Senior Manager Of Branch Communication and Legal, Bandara Internasional Soekarno-Hatta menambahkan, saat ini, flow keberangkatan domestik dan internasional untuk terminal LCC sedang dalam proses pengerjaan.
Mulai dari konter Imigrasi, flow kedatangan, ruang Karantina Ikan, ruang Aviation Secutity, ruang custom, ruang Karantina Hewan dan Tumbuhan, perkantoran ground handling dan K9 custom, serta pemasangan karpet pada terminal tersebut.
“Untuk diketahui Terminal 2 terdiri dari tiga sub terminal, yakni D,E dan F. Terminal 2D menjadi terminal domestic. Sedangkan terminal 2E sebagian menjadi terminal domestik dan sebagian LCC dengan Terminal 2F,” ujar Febri.
Pada Terminal LCC ini, nantinya akan ada 10 maskapai yang beroperasi. Dalam waktu dekat, akan ada dua maskapai lagi yang bergabung yakni Indigo dari India dan Zandong dari Cina.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan, kedatangannya ke gedung Airport Operation Control Center atau AOCC dalam rangka mempersiapkan akses udara untuk mencapai target 20 juta wisman.
“Khususnya persiapan untuk mengoperasikan LCCT, karena tanpa ada LCCT sulit target tersebut tercapai. Untuk diketahui pertumbuhan LCC di dunia itu mencapai 20 persen. Sedangkan yang full service carrier itu hanya 5 persen. Kita mulai dari Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta. Diharapkan bulan Mei sudah benar-benar fully operation,” katanya.