Bisnis.com, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat nilai tukar petani (NTP) Jawa Barat pada Desember 2017 mencapai 108,39 atau naik sebesar 0,34% dibanding November lalu yang tercatat 108,02.
Kenaikan NTP tersebut disebabkan indeks harga yang diterima petani naik 0,79%. Sementara indeks harga yang dibayar petani hanya mengalami kenaikan sebesar 0,45%.
Kepala BPS Jabar Dody Herlando mengatakan, ada empat dari lima NTP subsektor yang meningkat, yakni tertinggi pada subsektor tanaman pangan mencapai 0,64%, subsektor perikanan 0,52, subsektor peternakan 0,30%, dan subsektor hortikultura 0,23%. Sementara subsektor yang mengalami penurunan yaitu subsektor perkebunan rakyat yang turun 0,46%.
"Mengapa turun? Karena ada pengaruh dari harga karet. Tapi overall lumayan bagus kecuali subsektor perkebunan. Nilai NTP Jabar masih baik dari daerah lain. Mengindisikan baik juga dari petani," kata Dody Herlando di Bandung pada Selasa (2/1).
Kenaikan NTP pada Desember, menurut data BPS, tidak lepas dari kenaikan rata-rata harga gabah kering panen (GKP) maupun harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani.
"Selama Desember, di tingkat petani rata-rata harga GKP di Jawa Barat Rp5.297 per kilogram. Kemudian rata-rata harga GKG Rp5.702 per kilogram. Keduanya naik dari bulan sebelumnya," kata Dody Herlando.
Berdasarkan catatan BPS, rata-rata harga GKP di tingkat petani selama Desember naik 1,20% dibanding harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumya. Sementara, rata-rata harga GKG di tingkat petani selama Desember naik 0,48% dibanding harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
Menurut data BPS, untuk rata-rata harga beras di tingkat penggilingan mencapai Rp10.379 per kilogram atau naik 4,19% dibanding bulan November yang tercatat Rp9.961.
Berdasarkan patahan (broken) beras, untuk harga beras premium mencapai Rp10.653 per kilogram atau naik 4,62%, beras medium mencapai Rp10.071 per kilogram atau naik 3,30%, dan beras kualitas rendah mencapai Rp9.475 per kilogram atau turun 1,55%.