Bisnis.com, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat merilis hasil terbaru terkait inflasi di Jawa Barat yang mencapai 0,18% pada September 2017. Hal itu berdasarkan pendataan harga yang meliputi tujuh kota pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan di Jawa Barat.
Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender year to date Januari-September 2017 sebesar 2,85% dan laju inflasi dari tahun ke tahun year-on-year tercatat sebesar 3,87%.
"Inflasi Jawa Barat ini sedikit lebih tinggi dari Jakarta yang mencapai 0,13%," kata kepala BPS Jabar Dody Herlando, di Kantor BPS Jabar, Bandung, Senin (2/10).
Dari tujuh kelompok pengeluaran seluruhnya, kata Dody, mengalami inflasi yaitu Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,54%, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 0,04%.
"Selain itu kelompok sandang sebesar 0,65%, kelompok kesehatan sebesar 0,22%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,95%, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,08%," katanya.
Hasil pemantauan harga barang dan jasa selama September 2017 tercatat beberapa komoditas mengalami kenaikan atau penurunan harga dan memberikan andil inflasi atau deflasi cukup siginifikan.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi antara lain beras, rekreasi, Sekolah Dasar dan SLTA, tarif jalan tol, rokok kreketek filter, dan emas perhiasan.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan dan memberikan andil deflasi signifikan antara lain bawang putih, daging ayam ras, bayam, telur ayam ras, bawang merah, cabe rawit, dan semangka.
Hasil ini merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan meliputi 7 kota yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, dan Tasikmalaya mengalami kenaikan indeks.
Dody Menyebut Kota Bogor yang mengalami inflasi paling tinggi yakni 0,59%. Kemudian yang terendah Kota Depok 0,01%. "Jadi kalau melihat sebaran di kota di Jabar, ada Depok dan Kota Bandung yang paling rendah," katanya.