Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral AS Mulai Kerek Suku Bunga

WASHINGTON--Federal Reserve AS atau bank sentral AS pada Rabu menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, merupakan yang pertama dan hanya satu kali pada tahun ini, serta mengindikasikan kenaikan suku bunga yang lebih cepat tahun depan.

"Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi, Komite (Pasar Terbuka Federal) memutuskan untuk menaikkan target suku bunga federal funds ke kisaran 0,50 persen hingga 0,75 persen," kata Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari.

Peningkatan suku bunga federal funds dari kisaran sebelumnya 0,25 persen hingga 0,50 persen itu, merupakan kenaikan pertama sejak Desember 2015 dan hanya yang kedua dalam satu dekade terakhir.

Ekspansi ekonomi moderat, berlanjutnya penguatan pasar tenaga kerja dan peningkatan kondisi inflasi mendukung bank sentral untuk menaikkan suku bunga setelah mengalami jeda hampir satu tahun, menurut pernyataan itu.

"Keputusan kami untuk menaikkan suku bunga ini - tentu dipahami sebagai refleksi dari kepercayaan yang kami miliki dalam kemajuan ekonomi yang telah dibuat dan penilaian kami bahwa kemajuan akan berlanjut dan ekonomi telah terbukti sangat tangguh," Ketua Fed Janet Yellen mengatakan pada konferensi pers, Rabu.

Ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 3,2 persen pada kuartal ketiga tahun ini, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal kedua 1,4 persen, didorong oleh belanja konsumen yang kuat; pasar tenaga kerja yang terus menguat dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,6 persen pada November, tingkat terendah sejak 2007; dan inflasi telah meningkat sejak awal tahun ini, dengan tingkat inflasi inti naik menjadi 1,7 persen pada Oktober.

Menurut proyeksi ekonomi yang dirilis pada Rabu, para pejabat Fed memperkirakan ekonomi AS tumbuh 1,9 persen tahun ini dan 2,1 persen tahun depan, keduanya naik satu persentase poin dari perkiraan mereka September.

Pada Desember tahun lalu, bank sentral AS menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Namun, pelambatan ekonomi global sejak awal tahun ini dan kondisi inflasi yang rendah telah membuat para pembuat kebijakan Fed berhati-hati dan menunda setiap kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk tujuh pertemuan berturut-turut tahun ini.

Menurut pernyataan Rabu, para pejabat Fed menilai "risiko-risiko jangka pendek terhadap prospek ekonomi tampak kira-kira seimbang", tetapi menegaskan bahwa mereka akan terus memonitor secara cermat indikasi-indikasi inflasi serta perkembangan ekonomi dan keuangan global.

Menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS berikutnya, pasar saham AS telah mencapai rekor tertinggi karena harapan kebijakan-kebijakan pajak dan rencana investasi infrastruktur Trump.

Semua pejabat Fed "mengakui bahwa ada ketidakpastian besar tentang bagaimana kebijakan ekonomi dapat berubah, dan apa yang mungkin dilakukan dan bagaimana Fed mungkin harus bereaksi," kata Yellen dalam menanggapi rencana ekonomi Trump.

Dia memperingatkan bahwa kebijakan fiskal tidak benar-benar diperlukan untuk memberikan stimulus guna membantu perekonomian kembali ke pekerjaan penuh, karena tingkat pengangguran telah jatuh ke tingkat rendah pra-resesi, dan tingkat pengenduran di pasar tenaga kerja telah berkurang.

Namun, Yellen menekankan bahwa bank sentral akan mempertimbangkan kebijakan-kebijakan fiskal, bersama dengan hal-hal lain, seperti kondisi-kondisi global dan harga minyak, ke dalam prospek ekonomi dan memastikan kebijakan moneter yang tepat.

Menurut proyeksi-proyeksi ekonomi, bank sentral memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada tahun depan, sementara di proyeksinya pada September, para pejabat Fed memperkirakan hanya dua kenaikan suku bunga pada 2017.

Penyesuaian naik sedikit dari perkiraan mencerminkan pertimbangan para pejabat Fed atas penurunan tingkat pengangguran, Ketua Fed Janet Yellen mengatakan pada konferensi pers setelah pertemuan dua hari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Dia juga menyebutkan bahwa beberapa pejabat memasukkan beberapa asumsi perubahan kebijakan fiskal ke dalam proyeksi mereka.

Tetapi, dia menekankan bahwa "kita beroperasi di bawah awan ketidakpastian pada saat ini dan kami punya waktu untuk menunggu untuk melihat perubahan apa yang terjadi dan memperhitungkan hal itu ke dalam pengambilan keputusan kami ketika kami memperoleh kejelasan yang lebih besar."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper