Bisnis.com, NEW YORK - Putri Gayatri, siswi Sekolah Menengah Atas Negeri I Banjaran, Kabupaten Bandung, mendapat tepuk tangan meriah ketika tampil di Central Park, New York.
Dia berbicara mewakili remaja dari generasi Millennium Development Goals (MDGs), agenda pembangunan global yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000.
“Saya senang ada di sana dan sampai saat ini masih terkenang,” katanya di New York, Minggu (27/9/2015).
Sehari sebelumnya, remaja kelahiran Bandung, 12 Februari 2000 ini mengisi acara Global Citizen Festival 2015.
Acara tersebut diselenggarakan masyarakat sipil dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan di Markas PBB, New York pada 25-27 September 2015. Lebih dari 150 kepala negara dan pemerintahan yang hadir mengesahkan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG) 2030.
Agenda dengan 17 tujuan ini menggantikan MDG. Wakil Presiden Jusuf Kalla mewakili Indonesia hadir dalam konferensi tersebut. Kalla didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise.
Dalam acara Global Citizen Festival 2015 ini tampil musikus dan penyanyi, di antaranya Coldplay, Beyoncé, Ed Sheeran, dan Pearl Jam. Putri Gayatri, bersama 20 remaja dari 20 negara, ikut naik panggung setelah Coldplay beraksi.
Namun, hanya Putri yang dipercaya berpidato selama dua menit di depan sekitar 60.000 orang yang memadati salah satu sudut Central Park.
Ini isi pernyatannya: “My vision for the world in 2030 is that people everywhere have come together to make sure global goals are met and to leave no child behind,” kata Putri, yang ayahnya wirausaha sparepart di Bandung dan ibunya adalah ibu rumah tangga.
Selain di Central Park, Putri berbicara dalam sejumlah side event Konferensi Tingkat Tinggi di Markas PBB, New York. Tema paparannya adalah isu pernikahan dini di kalangan remaja dan pendidikan inklusif.
Putri diseleksi oleh Save The Children, lembaga swadaya masyarakat global yang selama ini peduli terhadap isu anak-anak dan remaja. Dia memilih tema itu karena delapan kawannya menikah dan hamil. Dia terpukul karena sekolah akhirnya mengeluarkan rekannya itu.
“Masa remaja adalah masa-masanya bergaul, kok sudah memiliki anak,” ujar anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
Menurut Putri, seharusnya kawan-kawannya itu masih punya hak untuk mendapat pendidikan. Anak-anak yang melakukan pernikahan dini, katanya, tetap tidak boleh putus sekolah. Ia menilai dengan berhenti sekolah akan memperpanjang rantai kemiskinan.
Putri menyebut dua faktor dari fenomena itu, yakni kemiskinan dan pergaulan bebas. Ratna Yunita dari Save the Children menjelaskan Jawa Barat merupakan empat provinsi terbesar untuk angka kematian bayi dan pernikahan dini.
Dalam forum di Markas PBB, Putri menyampaikan fenomena itu. Menurut dia, remaja dari Bangladesh juga memaparkan isu yang sama. Bedanya, di Negara Asia Selatan itu ada faktor budaya, yakni orang tua menikahkan anaknya yang sudah menstruasi.