Bisnis.com, CIREBON - Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengaku cemas melihat fenomena anak-anak yang mengibarkan bendera bajak laut dari serial anime One Piece saat peringatan bulan kemerdekaan Republik Indonesia.
Ia mengingatkan, selama Agustus, masyarakat harus mengutamakan pengibaran bendera Merah Putih sebagai simbol nasional.
Ia menilai, tren pengibaran bendera nonnasional di kalangan anak-anak perlu dikendalikan agar tidak mengurangi semangat nasionalisme generasi muda.
“Jangan kibarkan bendera lain, merah putih saja. Saya khawatir kalau dibiarkan, nasionalisme anak-anak bisa turun,” kata Imron, Senin (4/8/2025)?.
Fenomena pengibaran bendera bajak laut bergambar tengkorak dan topi jerami dari anime One Piece, menurutnya, mulai ramai di jagat media sosial.
Bendera tersebut dipasang di halaman rumah, sepeda hias, hingga tiang bendera di acara komunitas. Imron menilai ekspresi tersebut sah-sah saja di luar bulan kemerdekaan, tetapi tidak tepat dilakukan pada Agustus.
Baca Juga
“Saya paham anak-anak suka anime, tapi bulan kemerdekaan ini waktunya kita menghormati perjuangan bangsa. Merah Putih itu simbol harga diri negara,” ujarnya.
Imron meminta para orang tua, guru, serta tokoh masyarakat untuk membimbing anak-anak agar lebih memahami makna pengibaran bendera Merah Putih.
Ia menegaskan, bendera Merah Putih bukan sekadar hiasan, melainkan lambang yang diwariskan oleh para pahlawan dengan penuh perjuangan.
"Peringatan 17 Agustus harus menjadi momen membangkitkan cinta tanah air. Kalau dari kecil anak-anak kita sudah lebih akrab dengan simbol budaya luar, itu berbahaya untuk jati diri bangsa,” tambahnya.
Fenomena unik terjadi menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80. Di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Cirebon, sejumlah warga terlihat mengibarkan bendera bajak laut dari anime Jepang One Piece, menggantikan peran bendera Merah Putih di berbagai titik non-resmi.
Bendera bertuliskan simbol tengkorak dengan topi jerami milik karakter Luffy itu menjadi sorotan publik dan menuai perdebatan antara ekspresi kebebasan dan potensi pelanggaran terhadap simbol negara.
Fenomena ini tidak lahir tiba-tiba. Beberapa kelompok masyarakat, terutama dari kalangan pengemudi truk, komunitas anak muda, dan pegiat media sosial, memanfaatkan bendera One Piece sebagai bentuk sindiran terhadap situasi politik dan sosial yang dinilai stagnan.
Dalam imajinasi publik, kelompok bajak laut topi jerami dikenal sebagai simbol perjuangan melawan kekuasaan yang korup dan ketidakadilan sistemik. Tak heran, bendera fiksi itu kini menjelma menjadi representasi perlawanan atas kondisi yang dianggap menekan aspirasi rakyat kecil.
Secara hukum, pengibaran bendera non-nasional di ruang privat tidak dilarang, selama tidak menggeser posisi Merah Putih sebagai lambang utama negara.
Namun, menurut UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, pengibaran bendera lain di tempat umum yang lebih tinggi dari bendera nasional dapat dikenai sanksi.
Sejumlah ahli hukum tata negara pun menilai fenomena ini sebagai sinyal penting kalau emerintah perlu lebih peka terhadap keresahan publik, bukan sekadar menindak ekspresi visual yang muncul.
