Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MOBIL BARU: Bisakah Agya & Ayla Meluncur Mulus?

[caption id=attachment_241127 align=alignleft width=300 caption=web][/caption]
web
web

[caption id="attachment_241127" align="alignleft" width="300" caption="web"][/caption] JAKARTA --  "Saya percaya pada pemerintah," ujar Presdir PT Astra International Tbk (AI) Prijono Sugiarto, ketika ditemui di sela-sela peluncuran Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla, Rabu, sehari sebelum Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2012 di gelar. Intonasi sangat tinggi dan tegas ketika menjawab pertanyaan alasan Astra bersama dua pemegang merek (principal) mobil kelas dunia yaitu Toyota dan Daihatsu memperkenalkan mobil dengan harga terjangkau namun ramah lingkungan itu saat ini. Padahal pemerintah belum juga mengeluarkan paket kebijakan mobil murah atau "low cost and green car" (LCGC) yang dijanjikannya, untuk mendorong para produsen otomotif membuat mobil yang harganya bisa terjangkau oleh masyarakat luas. Prijono mengaku sempat ragu apakah Astra bersama mitranya itu tetap akan ikut dalam program LCGC, karena paket kebijakan yang dijanjikan tak kunjung datang meski telah menanti lebih dari dua tahun. "Tapi saya bilang mari kita teruskan proyek LCGC ini. Saya percaya pemerintah akan mengumumkan kebijakannya," ujar mantan Presdir PT Astra Daihatsu Motor (ADM) itu. Program LCGC sendiri berawal ketika pemerintah melihat tingkat kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia yang penetrasi mobil 1:3. Sementara di Indonesia tingkat kepemilikan mobil masih 1:20. Potensi kepemilikan mobil tersebut cukup tinggi, seiring dengan pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat dan kelas menengah Indonesia. Perusahaan konsultan bisnis McKinsey misalnya memprediksi pada 2030 jumlah kelas menengah di Indonesia akan meningkat sampai 90 juta orang. Hal itulah yang agaknya yang menarik para pemain otomotif kelas dunia seperti Toyota dan Daihatsu, serta dua pemegang merek lainnya tertarik masuk ke program LCGC, di samping insentif yang dijanjikan pemerintah. Janji Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menjanjikan akan memberikan sejumlah insentif bagi para produsen yang ikut dalam pengembangan mobil dengan harga terjangkau dan irit bahan bakar tersebut. Insentif yang dijanjikan antara lain adalah penghapusan bea masuk barang modal dan bahan baku untuk keperluan manufaktur, pembebasan bea masuk untuk bahan baku mobil, dan penghapusan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Namun dua dari insentif yang dijanjikan tersebut, yaitu pembebasan bea masuk bahan baku untuk pembuatan mobil dan PPnBM masih dalam perdebatan yang alot, terutama di Kementerian Keuangan. "Setidaknya saat ini sudah 1,5 dari tiga insentif yang dijanjikan sudah bisa teralisasi yaitu pembebasan bea masuk bahan baku untuk kebutuhan pabrik, yang di dalamnya bisa juga termasuk sebagian pembebasan bea masuk untuk bahan baku pembuatan kendaraan," kata Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi ketika ditemui di sela-sela peluncuran mobil murah buatan Grup Astra tersebut. Ia menjanjikan setidaknya akhir tahun ini paket kebijakan LCGC akan keluar untuk memberi kepastian usaha kepada produsen mobil yang sudah mulai produksi mobil murah, maupun mereka yang baru akan merealisasikannya. Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat lebih optimis, bahwa paket kebijakan mengenai LCGC akan keluar dalam waktu dekat. "Tinggal menunggu keputusan presiden (Keppres). Dalam Hitungan hari, aturannya akan keluar," ujarnya di tengah desakan pertanyaan wartawan yang penasaran dengan keseriusan pemerintah terhadap program LCGC yang dicanangkannya. Menurut data Kemenperin ada sejumlah produsen otomotif dunia, selain Toyota dan Daihatsu yang ingin ikut dalam program produksi LCGC, antara lain Suzuki, Mitsubishi, dan Nissan. Program LCGC tersebut telah menarik komitmen investasi sekitar 1,8 miliar dolar AS. Tidak Pasti Terkait dengan ketidakpastian kebijakan pemerintah itulah, Grup Astra baik PT Toyota Astra Motor (TAM) maupun PT Astra Daihatsu Motor (ADM) tidak mau mengumumkan secara resmi harga mobil murah hasil kolaborasi Toyota dan Daihatsu yang diproduksi di ADM tersebut. Presdir ADM Sudirman MR hanya memperkirakan harga mobil tersebut sekitar Rp100 juta per unit. "Itu merupakan harga indikasi, bisa naik atau turun, tergantung kebijakan pemerintah," ujarnya. Menperin MS Hidayat sendiri mengunci harga mobil yang termasuk program LCGC tidak boleh lebih dari 10 ribu dolar AS atau sekitar Rp95 juta per unit dengan asumsi nilai tukar saat ini yang bergerak pada kisaran Rp9.500 per dolar. Namun kabar tidak resmi yang beredar, harga Astra Toyota Agya mulai dari Rp80 juta sampai Rp110 juta per unit, sedangkan Astra Daihatsu Ayla mulai dari Rp75 juta sampai Rp105 juta per unit. Dalam pidato yang disampaikan Presdir Daihatsu Motor Corp (DMC) Koichi Ina maupun Wakil Presdir Toyota Motor Corp (TMC) Yukitoshi Funo, jelas terlihat harapan bahwa mobil hasil kolaborasi itu bisa masuk dalam program LCGC, karena didesain khusus untuk pasar Indonesia, meskipun tidak tertutup kemungkinan model yang diproduksi di Indonesia itu diekspor ke mancanegara. "Saya yakin masyarakat Indonesia akan menyukai Agya dan Ayla," ujar Funo. Keyakinan itu berbasis fakta bahwa dua model sebelumnya hasil kolaborasi yaitu Toyota Avanza-Daihatsu Xenia dan Toyota Rush-Daihatsu Terios sangat laku di pasar domestik. Model baru yang menyasar segmen pembeli mobil pemula (entry level) tersebut mengusung mesin 998 cc DOHC fuel injection dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30km/liter. Salah satu syarat LCGC sendiri antara lain konsumsi BBM kendaraan tersebut minimal sebesar 22 km/liter. Dengan demikian, Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla merupakan bentuk keberanian Grup Astra tetap melaju di tengah segmen pasar otomotif yang relatif baru, meski insentif yang dijanjikan belum kunjung datang.(Antara/yri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper