Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sirip ikan pari akan diekspor ke Korsel

[caption id=attachment_24165 align=alignleft width=300 caption=image: web][/caption]
image: web
image: web

[caption id="attachment_24165" align="alignleft" width="300" caption="image: web"][/caption] Oleh Mulia Ginting Munthe JAKARTA: PT Perikanan Nusantara (Persero) membuka pasar ekspor ke Korea Selatan melalui komoditas baru berupa sirip ikan pari dengan rata-rata suplai sekitar 14,5 juta per bulan yang merupakan sebagai alternatif menggantikan sirip ikan hiu. Daulat Putra, Koordiinator Operasional PT Perikanan Nusantara di Pekalongan, Jawa Tengah, menjeleaskan, pasar ekspor ke negeri ginseng tersebut mulai dilakukan perusahaan BUMN tersebut sekitar Oktober 2010, dan pada Februari 2011 merupakan kegiatan yang ketiga kali. ”Ekspor sirip ikan pari dalam catatan kami, yang pertama dari Indonesia. Ini menjadi potensi baru ekspor, karena buyers meyakini khasiatnya tidak jauh berbeda dengan sirip ikan hiu,” ujar Daulat Putra kepada wartawan dalam kunjungan bersama tim WWF Indonesia di Pekalongan, hari ini. WWF Indonesia melakukan kampanye terhadap kelangsungan industri perikanan dan kelautan secara berkesinambungan, karena menilai saat ini telah terjadi eksploitasi besar-besar terhadap ikan melalui penangkapan secara liar tanpa memperhatikan kelestariannya, termasuk habitat aslinya. Ikan pari ditangkap nelayan berstatus pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang merupakan pemasok utama ke perusahaan BUMN tersebut. Rata-rata hasil tangkapan nelayanan per hari mencapai rata-rata 1 ton—1,5 ton. Sebelum komoditas tersebut mencapai kapasitas 14,5 ton, sirip-sirip disimpan pada ruang pendingin di bawah 18-20 derajat celsius. Sedangkan bagian punggung beserta tulangnya tetap memiliki nilai ekonomis, karena jadi bahan baku tepung untuk pakan. Kemudian bagian kulitnya juga masih bernilai ekonomis karena dijadikan bahan baku industri dompet. Nilai jual tulang punggung ikan pari dan kulitnya antara Rp400--Rp800 per kg, sedangkan pasarnya ke Jakarta. PT Perikanan Nusantara belum memiliki alat pengering tulang untuk diolah jadi tepung. Menurut Daulat Putra, kendala yang dihadapi untuk pasokan ekspor adalah, minimnya hasil tangkapan nelayan pada cuaca yang kurang bersahabat. Meski demikian, kebutuhan untuk ekspor masih bisa dipenuhi, karena dalam sebulan hanya berkewajiban menyuplai 14,5 ton. “Dalam [erjanjian demean pembeli, kami hanya mempersiapkan pasokan. Sedangkan biaya pengiriman dan lainnya, ditanggung oleh pihak pembeli. Kalau kami mampu memasok dua kali dalam sebulan, pihak Korea Selatan bersedia menampungnya,” tutur Daulat Putra. Harga jual untuk 1 kg sirip atau sayap ikan pari dengean ukuran hingga 30 cm sebesar Rp14.500. Pembelian kepada nelayan rata-rata di atas 50% dari harga ekspor. Secara umum sirip ikan pari dihasilkan nelayan lokal Pekalongan. (MSU)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper