Bisnis.com, KUNINGAN - Suasana Taman Pandapa Paramarta di Kabupaten Kuningan, mendadak semerbak aroma kopi yang menggoda indera.
Selama tiga hari, mulai Jumat (20/6/2025) hingga Minggu (22/6/2025) ratusan penikmat kopi, pelaku usaha, hingga pecinta barista dari berbagai penjuru Ciayumajakuning dan Jawa Barat tumpah ruah dalam gelaran Ciayumajakuning Entrepreneur Festival (CEF) 2025 yang digagas Bank Indonesia Perwakilan Cirebon.
Salah satu magnet utama dari ajang ini adalah Coffee Roasting Championship dan Cup Taster Championship yang untuk pertama kalinya digelar serentak dalam skala regional.
Kedua lomba ini sukses menyedot antusiasme publik, sekaligus menjadi panggung prestisius bagi para barista untuk unjuk keahlian dalam dunia kopi spesialti yang kian berkembang di Jawa Barat.
Sebanyak 60 peserta dari Kabupaten Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan beberapa kota di luar wilayah Ciayumajakuning seperti Bandung, Garut, Tasikmalaya, hingga Sukabumi, ambil bagian dalam kompetisi ini.
Tak hanya beradu teknik dan ketajaman indera rasa, para peserta juga saling bertukar pengalaman dan inovasi dalam menyeduh serta menyajikan kopi terbaik.
Baca Juga
“CEF bukan sekadar festival. Ini adalah perayaan semangat kewirausahaan berbasis potensi lokal, dan kopi adalah satu ikon unggulan kami,” ungkap Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon, Kiptiah Riyanti, Minggu (22/6/2025).
Ia menjelaskan, sektor kopi di kawasan timur Jawa Barat, terutama di kaki Gunung Ciremai seperti Kuningan dan Majalengka, kini semakin dilirik. Oleh karena itu, penyelenggara sengaja menghadirkan dua ajang lomba profesional di bidang kopi untuk mendorong kualitas SDM dan memperluas jejaring pelaku usaha.
Coffee Roasting Championship menjadi sorotan utama dalam festival. Dalam lomba ini, peserta ditantang untuk memanggang (roasting) biji kopi mentah menjadi kopi siap seduh yang memiliki karakter rasa dan aroma terbaik.
Proses ini tidak sembarangan. Peserta terlebih dahulu menilai karakteristik green beans yang telah disiapkan panitia, merancang profil sangrai, lalu mengeksekusinya di hadapan juri.
“Roasting itu seni dan sains. Sedikit kesalahan dalam suhu atau durasi, hasilnya bisa hambar atau gosong,” ujar Akbar Maulana, salah satu peserta.
Tim juri yang terdiri dari para Q-Grader dan profesional industri kopi menilai berdasarkan cupping hasil roasting peserta. Aroma, acidity, body, dan keseluruhan balance rasa menjadi faktor utama penilaian.
Tak kalah seru adalah Cup Taster Championship, yaitu kompetisi uji ketepatan dan kecepatan dalam membedakan cita rasa kopi.
Dalam satu sesi, peserta diberikan delapan set cawan berisi tiga gelas kopi. Dua gelas di antaranya identik, satu berbeda. Peserta harus menebak dengan tepat gelas mana yang berbeda dari setiap set. Semuanya dilakukan dalam waktu terbatas, hanya delapan menit.
“Ini bukan soal asal tebak. Kita harus fokus penuh, karena perbedaannya bisa sangat tipis. Antara kopi dengan roast level beda satu menit saja sudah terasa,” jelas Jajang, salah satu peserta.
Ajang ini menguji seberapa tajam indera pengecap peserta dalam membedakan rasa manis, asam, pahit, hingga body kopi. Kemenangan bukan hanya ditentukan oleh kecepatan, tapi juga ketepatan.
Festival CEF 2025 tak hanya menampilkan kompetisi kopi, tetapi juga menghadirkan puluhan stan UMKM, mulai dari produk makanan, kerajinan, hingga teknologi pertanian.
