Bisnis.com, CIREBON - Petani di Kabupaten Cirebon menyambut gembira kenaikan harga gabah yang mencapai Rp6.500 per kilogram. Kenaikan ini dianggap sebagai angin segar setelah sebelumnya mereka sempat dihantui harga anjlok yang membuat hasil panen nyaris tak menutup biaya produksi
Namun, di balik kegembiraan itu para petani menyuarakan harapan agar pemerintah turun tangan dalam menjaga kestabilan harga dan penyerapan hasil panen agar tidak kembali jatuh di tangan tengkulak.
Salah satu petani dari Desa Tegalsari, Plered, Usman mengaku, harga gabah saat ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan musim panen sebelumnya yang hanya berkisar di angka Rp4.500-Rp5.200 per kilogram.
"Alhamdulillah sekarang harganya naik. Kalau panen 1 ton, bisa dapat Rp6,5 juta. Lumayan buat nutup biaya tanam kemarin, seperti pupuk, sewa traktor, dan tenaga panen," ujar Usman, Selasa (15/4/2025).
Menurut Usman, harga gabah ideal bagi petani setidaknya harus berada di atas Rp6.000 per kilogram. Dengan harga tersebut, petani bisa memperoleh keuntungan yang layak.
Namun ia khawatir, jika tidak ada intervensi dari pemerintah, harga akan kembali anjlok terutama saat masa panen raya melimpah.
Baca Juga
"Kalau gabah melimpah tapi tidak cepat diserap pemerintah, nanti tengkulak yang main harga lagi. Dulu waktu panen raya, harga cuma Rp4.200, padahal kualitas gabah bagus. Itu bikin kami rugi," katanya.
Usman menyebutkan, para petani masih menyimpan kekhawatiran terkait distribusi gabah. Ia menilai peran tengkulak masih sangat dominan karena lemahnya daya serap dari Bulog dan kurangnya akses petani terhadap pasar yang lebih kompetitif.
Ia berharap, pemerintah daerah dan pusat memperkuat kelembagaan tani serta meningkatkan kapasitas koperasi pertanian agar petani tidak terlalu tergantung pada tengkulak.
Selain itu, ia menilai perlunya reformasi dalam skema penyerapan gabah oleh Bulog, termasuk penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP) agar sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
"Kalau HPP-nya terlalu rendah, petani ogah jual ke Bulog. Akhirnya tetap saja kembali ke tengkulak, karena mereka bisa kasih harga lebih tinggi walau kadang disertai potongan dan syarat yang tidak jelas," ujar Usman.
Perum Bulog Cabang Cirebon mengungkapkan mampu membeli gabah dari petani dengan harga sebesar Rp6.500 per kilogram dan beras kualitas tertentu seharga Rp12.000 per kilogram.
Pimpinan Perum Bulog Cabang Cirebon Ramaijon Purba mengatakan, harga tersebut sudah merupakan upaya maksimal yang dapat ditawarkan oleh Perum Bulog kepada petani, mengingat adanya sejumlah tantangan di lapangan yang memengaruhi harga beli.
Meskipun demikian, Bulog tetap berkomitmen untuk menyerap hasil pertanian dalam negeri guna menjaga kestabilan pasokan beras di pasar domestik. “Harga ini sudah melalui berbagai pertimbangan, mulai dari biaya operasional hingga kualitas produk yang kami terima,” kata Ramaijon.
Harga gabah yang ditawarkan Bulog, menurut Ramaijon, tergolong lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar yang saat ini terus bergerak naik.
Beberapa faktor seperti cuaca ekstrem, kenaikan biaya produksi, dan ketidakstabilan harga bahan bakar turut memengaruhi harga beli gabah di tingkat petani.
Sebagai lembaga yang bertugas untuk menjamin kestabilan harga pangan, Bulog memiliki tanggung jawab besar dalam menyerap gabah dan beras dari petani, terutama dalam situasi ketidakpastian harga pangan seperti saat ini.
“Gabah yang kami beli harus memiliki kadar air yang sesuai dengan standar agar dapat disimpan dengan baik. Jika kualitasnya buruk atau kadar airnya terlalu tinggi, maka kami harus menolaknya. Begitu pula dengan beras, kami hanya bisa membeli beras yang memiliki kualitas tertentu yang memenuhi standar Bulog,” tambahnya.