Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Cirebon Merana, Bulog Masih Pilih-pilih Mitra untuk Serap Gabah

Harga gabah kering panen (GKP) saat ini hanya berkisar Rp4.500 hingga Rp5.500 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500.
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, CIREBON - Petani di Kabupaten Cirebon mendesak Perum Bulog untuk segera melakukan penyerapan hasil panen gabah, menyusul rendahnya harga jual yang mereka terima dari tengkulak. 

Harga gabah kering panen (GKP) saat ini hanya berkisar Rp4.500 hingga Rp5.500 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500.

Memasuki pertengahan Mei, panen raya masih berlangsung di sejumlah sentra pertanian seperti Kecamatan Gegesik, Susukan, dan Plered. Namun, alih-alih menikmati hasil panen yang menguntungkan, para petani justru dibayangi kekhawatiran akibat tidak adanya intervensi dari pemerintah melalui Bulog.

“Kami jual ke tengkulak karena tidak ada pilihan lain. Bulog tidak datang, sementara gabah harus cepat dijual. Harga segitu (Rp4.500–Rp5.500) jelas merugikan,” kata Usman Effendi, seorang petani, Jumat (16/5/2025).

Usman mengaku, dalam satu hektare sawah, hasil panen bisa mencapai 5,5 ton GKP. Namun, dengan harga jual di bawah HPP, keuntungannya semakin tergerus. Padahal, biaya produksi seperti pupuk, tenaga kerja, dan sewa lahan terus mengalami kenaikan.

“Kami rugi. Belum bayar buruh panen, belum beli pupuk yang makin mahal. Kalau Bulog bisa datang dan beli sesuai HPP, kami sedikit tenang,” ujarnya.

Keberadaan tengkulak yang lebih cepat dan praktis dalam proses transaksi membuat petani tidak memiliki banyak pilihan. Para tengkulak membeli gabah langsung dari sawah, tanpa prosedur yang rumit. 

Kondisi inilah yang memicu dominasi tengkulak dalam sistem distribusi pangan di tingkat bawah.

“Kalau tunggu Bulog, petani bingung harus kemana simpan gabahnya. Sementara tengkulak langsung bayar cash,” ujar Usman.

Menurut Usman, Bulog seharusnya tidak hanya aktif di musim paceklik atau ketika harga gabah melambung tinggi. “Justru saat harga jatuh, Bulog harus hadir. Supaya petani tidak terjerumus pada praktik pasar yang tidak adil,” katanya.

Perum Bulog Cabang Cirebon mengungkapkan mampu membeli gabah dari petani dengan harga sebesar Rp6.500 per kilogram dan beras kualitas tertentu seharga Rp12.000 per kilogram. 

Pimpinan Perum Bulog Cabang Cirebon Ramaijon Purba mengatakan harga tersebut sudah merupakan upaya maksimal yang dapat ditawarkan oleh Perum Bulog kepada petani, mengingat adanya sejumlah tantangan di lapangan yang memengaruhi harga beli.

Meskipun demikian, Bulog tetap berkomitmen untuk menyerap hasil pertanian dalam negeri guna menjaga kestabilan pasokan beras di pasar domestik. “Harga ini sudah melalui berbagai pertimbangan, mulai dari biaya operasional hingga kualitas produk yang kami terima,” kata Ramaijon.

Harga gabah yang ditawarkan Bulog, menurut Ramaijon, tergolong lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar yang saat ini terus bergerak naik. 

Beberapa faktor seperti cuaca ekstrem, kenaikan biaya produksi, dan ketidakstabilan harga bahan bakar turut memengaruhi harga beli gabah di tingkat petani. 

Sebagai lembaga yang bertugas untuk menjamin kestabilan harga pangan, Bulog memiliki tanggung jawab besar dalam menyerap gabah dan beras dari petani, terutama dalam situasi ketidakpastian harga pangan seperti saat ini.  

“Gabah yang kami beli harus memiliki kadar air yang sesuai dengan standar agar dapat disimpan dengan baik. Jika kualitasnya buruk atau kadar airnya terlalu tinggi, maka kami harus menolaknya. Begitu pula dengan beras, kami hanya bisa membeli beras yang memiliki kualitas tertentu yang memenuhi standar Bulog,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper