Bisnis.com, MAJALENGKA - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Majalengka mencatat terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 0,36% pada Maret 2025 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,00.
Inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga dari berbagai kelompok pengeluaran, terutama pada sektor makanan dan perawatan pribadi.
Kepala BPS Majalengka Joni Kasmuri mengatakan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada sembilan kelompok pengeluaran utama.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,77%. Ini jadi salah satu penyumbang terbesar terhadap laju inflasi tahun ini,” ujar Joni, Rabu (9/4/2025).
Selain itu, kelompok pakaian dan alas kaki juga mengalami lonjakan sebesar 4,54%. “Ini biasanya berkaitan dengan peningkatan permintaan menjelang Ramadan dan Lebaran. Banyak warga mulai membeli pakaian baru untuk menyambut hari besar keagamaan,” tambahnya.
Kelompok lainnya yang turut menyumbang inflasi di antaranya adalah perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,30%; kelompok kesehatan 2,75%; kelompok transportasi 0,94%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 2,51%.
Baca Juga
Lalu, kelompok pendidikan 1,34%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 1,38%; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencatat inflasi tertinggi sebesar 10,87%.
“Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi paling tinggi. Ini menunjukkan ada peningkatan konsumsi pada produk-produk perawatan diri, seperti kosmetik, layanan salon, dan sebagainya,” terang Joni.
Namun demikian, terdapat dua kelompok pengeluaran yang justru mengalami penurunan indeks. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi sebesar 11,00%, sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,04%.
“Penurunan tajam pada sektor perumahan dan energi ini sangat mempengaruhi tingkat inflasi secara keseluruhan. Ini bisa jadi akibat adanya penyesuaian tarif atau efisiensi biaya rumah tangga, khususnya tarif listrik yang juga mengalami penurunan,” jelasnya.
Selain inflasi tahunan, BPS juga mencatat inflasi bulanan pada Maret 2025 mencapai 1,10%. “Ini artinya terjadi kenaikan harga dibandingkan bulan sebelumnya yang cukup signifikan, apalagi ini bertepatan dengan masa awal Ramadan di bulan Maret,” ujar Joni.
Adapun tingkat deflasi year to date (y-to-d), yakni perbandingan sejak awal tahun hingga Maret 2025, tercatat sebesar -0,21%.
Dari sisi komoditas, beberapa barang dan jasa tercatat menjadi penyumbang utama inflasi y-on-y. Komoditas seperti emas perhiasan, kopi bubuk, minyak goreng, serta rokok jenis sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret putih mesin (SPM) mendominasi sumbangan inflasi.
Joni menyebut, peningkatan harga pada produk olahan seperti sop, pepes, dan kue basah menunjukkan pola konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat jelang Ramadan.
"Komoditas seperti kue basah, sop, dan pepes ini umumnya naik karena meningkatnya konsumsi saat sahur dan berbuka,” katanya.
Pakaian juga berkontribusi, terutama baju muslim wanita dan kaos pria tanpa kerah. “Ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat kita yang mulai membeli pakaian baru sejak awal Ramadan,” jelas Joni.
Sementara itu, sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga memberikan andil pada deflasi tahunan. Tarif listrik mencatat penurunan signifikan, diikuti oleh bahan pangan seperti beras, tomat, pisang, daun bawang, dan cabai merah.
Meski demikian, Joni menegaskan bahwa pengaruh deflasi ini belum cukup untuk mengimbangi dampak kenaikan pada kelompok lain. "Penurunan harga ini lebih terasa secara akumulatif, namun secara tahunan pengaruh inflasi tetap dominan,” pungkasnya.