Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Harga Naik, Inflasi Cirebon Maret 2025 Capai 0,24%

Kota Cirebon mencatat inflasi sebesar 0,24% secara year on year (yoy) pada Maret 2025, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,64.
Pedagang memilah bawang merah di pasar induk Kramat Jati di Jakarta, Senin (23/9/2024)/JIBI/Bisnis/Abdurachman
Pedagang memilah bawang merah di pasar induk Kramat Jati di Jakarta, Senin (23/9/2024)/JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, CIREBON - Kota Cirebon mencatat inflasi sebesar 0,24% secara year on year (yoy) pada Maret 2025, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,64.

Kenaikan ini dipicu oleh naiknya harga sejumlah komoditas utama yang berdampak langsung pada berbagai kelompok pengeluaran masyarakat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon Aris Budiyanto mengatakan inflasi tersebut menunjukkan adanya tekanan harga dari sebagian besar kelompok pengeluaran. 

Meski tidak tergolong tinggi, tren inflasi ini mencerminkan adanya dinamika harga di pasar konsumen yang patut dicermati.

“Inflasi yoy di bulan Maret 2025 ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas penting, terutama bahan pangan dan produk tembakau,” ujar Aris saat ditemui di kantornya, Selasa (8/4/2025).

Secara rinci, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,06%. Di sisi lain, kelompok pakaian dan alas kaki naik 3,14%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik 2,10%, serta kelompok kesehatan naik 1,81%.

Kelompok transportasi mencatat inflasi sebesar 1,29%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,85%, kelompok pendidikan 2,27%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,64%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,82%.

“Kelompok pakaian dan alas kaki, serta perawatan pribadi mencatatkan angka inflasi cukup tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan masyarakat, mungkin karena faktor musiman atau tren belanja menjelang Ramadan,” tambah Aris.

Namun, tidak semua kelompok mengalami kenaikan. Dua kelompok mencatatkan deflasi, yakni kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar -6,43%, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,03%.

Selain inflasi tahunan, Aris juga menyampaikan, inflasi secara month to month (m-to-m) pada Maret 2025 mencapai 1,94%, tertinggi sepanjang tahun ini. Sementara itu, inflasi kumulatif atau year to date (y-to-d) hingga Maret tercatat sebesar 0,37%.

“Kenaikan mtm yang mencapai hampir 2% ini menunjukkan adanya lonjakan harga yang cukup tajam dibanding bulan sebelumnya. Ini wajar, mengingat adanya momentum jelang Ramadan yang biasanya diikuti lonjakan permintaan,” jelasnya.

Aris merinci, terdapat 15 komoditas utama yang menyumbang inflasi y-on-y terbesar di Kota Cirebon selama Maret 2025. 

Di antaranya adalah bawang merah, sigaret kretek mesin (SKM), minyak goreng, upah asisten rumah tangga, mobil, sigaret putih mesin (SPM), cabai rawit, bawang putih, sigaret kretek tangan (SKT), mie, biaya akademi/perguruan tinggi, ayam goreng, kopi siap saji, jasa pemeliharaan/service kendaraan, dan wortel.

“Bawang merah dan minyak goreng kembali menjadi komoditas yang cukup dominan menyumbang inflasi. Selain itu, tarif jasa seperti upah ART dan biaya servis kendaraan juga turut memberikan tekanan,” kata Aris.

Meski sejumlah komoditas mengalami kenaikan, Aris menekankan adanya komoditas yang justru mengalami penurunan harga dan memberikan kontribusi terhadap deflasi. Sebanyak 15 komoditas tercatat memberikan andil terhadap deflasi y-on-y Maret 2025.

Di antaranya adalah tarif listrik, beras, daging ayam ras, telur ayam ras, tomat, pisang, daun bawang, cabai merah, jeruk, cabai hijau, pengharum cucian/pelembut, udang basah, bensin, vitamin, dan popok bayi sekali pakai.

“Turunnya harga beras dan telur ayam ras cukup membantu meredam inflasi. Begitu juga dengan penurunan tarif listrik dan harga bensin,” ungkap Aris.

Secara keseluruhan, Aris menyebutkan  kondisi inflasi di Kota Cirebon masih dalam taraf yang cukup terkendali. Namun, ia mengimbau masyarakat dan pelaku usaha untuk tetap waspada terhadap fluktuasi harga yang bisa terjadi menjelang Idulfitri.

“Fluktuasi harga bisa semakin meningkat. Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu memantau stok dan distribusi agar tekanan inflasi tidak melonjak lebih tinggi,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler