Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modal Asing Mengalir, Kepulauan Marshall Kuasai Cirebon

Kabupaten Cirebon mencatatkan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) yang impresif sepanjang 2024.
Ilustrasi investasi/Freepik
Ilustrasi investasi/Freepik

Bisnis.com, CIREBON - Kabupaten Cirebon mencatatkan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) yang impresif sepanjang 2024.

Berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Cirebon, Kepulauan Marshall menjadi investor terbesar dengan total nilai investasi mencapai Rp377,42 miliar. Posisi berikutnya diisi oleh Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Singapura, dan Taiwan.

Kepala DPMPTSP Kabupaten Cirebon Dede Sudiono mengatakan lonjakan investasi ini menjadi bukti  Cirebon semakin menarik bagi investor asing. 

"Kami melihat tren positif dalam realisasi investasi asing di Cirebon. Hal ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang kami lakukan untuk menciptakan iklim investasi kondusif, termasuk kemudahan perizinan dan infrastruktur yang semakin berkembang," kata Dede, Senin (17/2/2025).

Berdasarkan data yang dihimpun DPMPTSP, lima negara masuk dalam daftar terbesar realisasi investasi PMA di Kabupaten Cirebon adalah, Kepulauan Marshall – Rp377,42 miliar, Korea Selatan Rp302,36 miliar, Republik Rakyat Tiongkok Rp114,97 miliar, Singapura – Rp49,84 miliar, dan Taiwan – Rp48,49 miliar.

Kepulauan Marshall menjadi negara dengan investasi tertinggi di Kabupaten Cirebon. Dede menjelaskan investasi dari negara kepulauan di Samudera Pasifik itu umumnya bergerak di sektor industri maritim, perkapalan, dan manufaktur. 

"Banyak perusahaan yang berbasis di Kepulauan Marshall berinvestasi di sektor maritim dan perkapalan. Hal ini mengingat Cirebon memiliki potensi besar dalam bidang logistik dan perdagangan laut," terangnya.

Di posisi kedua, Korea Selatan menginvestasikan lebih dari Rp302,36 miliar di Cirebon. Investasi dari negeri ginseng ini banyak bergerak di sektor industri manufaktur, elektronik, dan otomotif. 

Dede menyebutkan, perusahaan asal Korea Selatan telah lama menanamkan modalnya di Cirebon, terutama di sektor tekstil dan garmen.

"Korea Selatan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap Cirebon sebagai pusat industri tekstil. Mereka melihat tenaga kerja yang terampil dan upah yang kompetitif sebagai daya tarik utama," tambahnya.

Sementara itu, investasi dari Tiongkok yang mencapai Rp114,97 miliar banyak masuk ke sektor industri pengolahan dan perdagangan. Singapura dan Taiwan juga tak ketinggalan dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Cirebon. Singapura, dengan total investasi Rp49,84 miliar, berfokus pada sektor jasa dan perdagangan.

Sedangkan Taiwan, dengan investasi sebesar Rp48,49 miliar, banyak berinvestasi di industri elektronik dan komponen teknologi.

Dede Sudiono menegaskan, masuknya investasi asing tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah, tetapi juga membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat.

"Investasi yang masuk berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja baru. Kami berharap sektor industri yang berkembang ini dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal," katanya.

Selain itu, dampak lain yang diharapkan dari masuknya investasi ini adalah peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) serta pertumbuhan sektor usaha kecil dan menengah (UKM). "Ketika ada investasi besar, maka akan ada rantai pasok yang berkembang. UKM lokal juga akan mendapatkan manfaat dari kemitraan dengan perusahaan besar," ujar Dede.

Namun begitu, keamanan dan kepastian investasi di Kabupaten Cirebon masih menjadi perhatian utama bagi para calon investor. Pemerintah daerah dianggap belum memberikan aminan keamanan bagi para penanam modal.

Faktor penghambatnya beragam, mulai dari perizinan yang rumit, hingga gangguan eksternal seperti tekanan dari organisasi masyarakat (ormas) dan praktik premanisme.

Pj Bupati Cirebon Wahyu Mijaya menyebutkan pihaknya memahami keresahan investor terkait keamanan dan kepastian hukum dalam berinvestasi di Kabupaten Cirebon.

“Kami menyadari bahwa ada tantangan di lapangan yang perlu segera ditindaklanjuti. Namun, kami berkomitmen untuk memperbaiki mekanisme yang ada agar investor merasa lebih nyaman dan aman berinvestasi di Cirebon,” kata Wahyu.

Untuk mengatasi berbagai kendala investasi, Pemkab Cirebon tengah berupaya menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). 

Dokumen perencanaan ini akan menjadi acuan dalam mengalokasikan investasi ke titik-titik strategis pada 2025.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper