Bisnis.com, CIREBON- Memayu buyut trusmi resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Barat tahun 2025. Pengumuman ini dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) pada Kamis (9/1/2025).
Warisan budaya Cirebon yang sudah ada sejak 1615 ini merupakan praktik mengganti atap welit pada masjid di kompleks makam Ki Buyut Trusmi, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon yang dianggap sudah lapuk.
Dalam prosesnya, pergantian atap welit dilakukan oleh mereka yang memiliki garis keturunan dengan Ki Buyut Trusmi, seperti para juru kunci dan kemit. Atap lama diturunkan secara hati-hati dan digantikan dengan atap baru yang terbuat dari daun alang-alang kering.
Proses pergantian ini juga melibatkan warga setempat yang membantu menyiapkan bahan-bahan. Sementara itu, para ibu membawa makanan sebagai wujud sedekah yang kemudian dinikmati bersama.
Atap alang-alang yang digunakan memiliki makna filosofis sebagai simbol kedekatan manusia dengan alam dan pengingat untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Pada awal tahun 1900, tradisi Memayu Buyut Trusmi bertambah dengan tradisi ider-ideran atau arak-arakan meriah mulai dilaksanakan. Awalnya, Ider-Ideran hanya sebagai penyemarak upacara Memayu. Namun, seiring waktu, tradisi ini menjadi bagian integral dari perayaan budaya di Trusmi.
Baca Juga
Arak-arakan ini dimulai pukul 05.30, melibatkan peserta dengan kostum unik dan atraksi seni tradisional. Mereka menempuh rute sejauh enam kilometer melewati jalan raya Plered, yang hanya dibuka satu jalur, sehingga menimbulkan perlambatan lalu lintas.
Barisan depan arak-arakan dipimpin oleh 11 tombak pusaka Ki Buyut Trusmi yang dibawa oleh para penjaga makam. Diikuti sesepuh desa dan pejabat setempat, barisan ini disemarakkan dengan iringan gamelan, drumband, hingga tarian tradisional.
Hasil bumi seperti padi, sayuran, dan nasi berbentuk gunungan juga dibawa dan diperebutkan oleh masyarakat karena dipercaya membawa berkah.
Masyarakat sangat antusias menyaksikan prosesi ini. Beberapa ikut berjoget mengikuti musik, sementara lainnya hanya menyaksikan dari tepi jalan. Banyak pengunjung bahkan rela berhenti di perjalanan untuk melihat kemeriahan arak-arakan hingga selesai.
Tradisi Memayu dan Ider-Ideran tidak hanya menjadi ritual keagamaan tetapi juga memiliki fungsi sosial yang penting. Tradisi ini mempererat hubungan antarwarga melalui gotong royong dan kerja sama.
Selain itu, tradisi ini menjadi media pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya leluhur.
Tradisi ini juga berdampak signifikan pada perekonomian lokal. Desa Trusmi yang dikenal sebagai pusat kerajinan batik, memanfaatkan momentum perayaan untuk mempromosikan produk-produk mereka. Pengunjung dari luar daerah sering kali berbelanja batik atau produk lokal lainnya selama perayaan berlangsung.