Bisnis.com, CIREBON - Potensi gagal panen padi di Kabupaten Cirebon menunjukkan tren peningkatan sejak 2023. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), luas potensi gagal panen yang terjadi di wilayah tersebut sekitar 603 hektare.
Kepala BPS Kabupaten Cirebon Judiharto Trisnadi mengatakan pemicu gagal panen tersebut fenomena iklim global. Hasil pengamatan survei pun menunjukkan, puncak potensi gagal panen terjadi pada Januari.
Menurutnya, Januari menjadi bulan dengan curah hujan tinggi, tetapi intensitas hujan yang tidak merata di beberapa wilayah menyebabkan masalah baru.
"Kombinasi curah hujan yang tidak menentu dan suhu panas akibat El Nino menciptakan tekanan besar pada tanaman padi, sehingga menyebabkan banyak lahan pertanian tidak layak panen," kata Judiharto, Senin (6/1/2025).
Potensi gagal panen yang terjadi di Kabupaten Cirebon disebabkan oleh tiga faktor utama, di antaranya, bencana alam. Banjir dan kekeringan menjadi penyebab utama kerusakan lahan pertanian. Fenomena El Nino memperparah musim kemarau, sementara banjir lokal yang terjadi akibat curah hujan ekstrem juga merusak beberapa lahan.
Kemudian, serangan hama dan penyakit. Organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti wereng dan tikus, turut memperburuk situasi. "Saat kondisi cuaca tidak ideal, populasi hama cenderung meningkat, sehingga merusak tanaman padi yang sudah stres akibat kekurangan air," jelas Judiharto.
Baca Juga
Selain itu, Kekurangan pasokan air irigasi selama musim kemarau menunjukkan perlunya perbaikan infrastruktur di beberapa wilayah pertanian di Kabupaten Cirebon.
Para petani di Kabupaten Cirebon merasakan langsung dampak buruk dari fenomena ini. Usman, petani dari Kecamatan Plered mengaku kehilangan sebagian besar hasil panennya sejak awal 2023. Salah satunya penyebabnya adalah suplai air dan serangan hama.
Menurut Usman, para petani minta adanya pendampingan maupun bantuan dari pemerintah. Selain itu, harus ada solusi jangka panjang berupa modernisasi irigasi dan peningkatan ketahanan pangan.
"Kami mengalami kesulitan air. Tanaman padi layu sebelum sempat berbuah. Ditambah lagi ada serangan tikus. Beberapa petani juga harus dikasih paham tentang penggunaan varietas padi yang lebih tahan terhadap cuaca," kata Usman.
Judiharto kembali menekankan pentingnya langkah antisipatif untuk menghadapi potensi gagal panen di masa mendatang. Pihaknya pun mengapresiasi upaya petani yang tetap bertahan meski menghadapi tantangan besar.
"Dengan dukungan teknologi dan kebijakan yang tepat, kami optimistis sektor pertanian di Kabupaten Cirebon dapat pulih bahkan lebih kuat," tambahnya.