Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengkhawatirkan, 13.527 Warga di Kota Cirebon Idap TBC

Angka kejadian Tuberkulosis (TBC) di Kota Cirebon terus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data terbaru, kasus TBC mencapai angka fantastis.
Ilustrasi-Batuk Tuberkulosis (TBC)/kemenkes
Ilustrasi-Batuk Tuberkulosis (TBC)/kemenkes

Bisnis.com, CIREBON- Angka kejadian Tuberkulosis (TBC) di Kota Cirebon terus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Cirebon, kasus TBC di kota ini mencapai angka fantastis, yaitu 13.527 kasus pada tahun 2024. 

Hal ini mencerminkan lonjakan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sehingga membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk lintas sektor.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Trimulyaningsih mengatakan, pentingnya penanganan komprehensif untuk menekan angka kejadian TBC yang terus meningkat. Menurutnya, tingginya jumlah kasus ini tidak hanya menjadi tantangan bagi sektor kesehatan, tetapi juga memerlukan dukungan dari berbagai sektor lainnya, termasuk organisasi perangkat daerah (OPD).

“Angka ini menekankan bahwa persoalan penanggulangan dan pengendalian TBC sangat memerlukan upaya serius dan berkelanjutan,” ujar Trimulyaningsih saat dikonfirmasi pada Jumat (20/12/2024).

Meskipun Dinas Kesehatan mencatat angka treatment coverage yang tinggi hingga 185% pada 2024, namun angka treatment success rate (TSR) atau keberhasilan pengobatan masih terbilang rendah, yaitu hanya 57%. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun banyak pasien yang diobati, tingkat keberhasilan penyembuhan mereka belum memadai.

Trimulyaningsih menyebutkan, salah satu penyebab utama rendahnya keberhasilan pengobatan adalah kepatuhan pasien dalam menjalani terapi yang masih rendah. “Kepatuhan dan disiplin berobat pasien TBC masih rendah. Padahal, kepatuhan minum obat secara teratur sampai tuntas merupakan kunci keberhasilan dalam pengobatan pasien TBC,” tegasnya.

Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat pengobatan TBC membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 6-12 bulan tergantung pada kondisi pasien. Banyak pasien yang berhenti minum obat di tengah jalan karena merasa sudah sehat, padahal menghentikan pengobatan sebelum waktunya dapat menyebabkan resistensi obat, yang akan memperparah kondisi pasien.

“Kasus TBC Resisten Obat (TB-RO) juga semakin meningkat. Ini adalah tantangan besar bagi kami, karena pengobatan TB-RO lebih sulit, lebih mahal, dan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan TBC biasa,” jelas Trimulyaningsih.

Selain masalah kepatuhan, rendahnya angka penemuan kasus baru juga menjadi hambatan dalam pengendalian TBC di Kota Cirebon. Banyak kasus yang tidak terdeteksi sejak dini, sehingga pasien baru diketahui mengidap TBC ketika kondisinya sudah parah.

“Penting bagi masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala TBC, seperti batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan tanpa sebab, dan mudah lelah,” ujar Trimulyaningsih.

Namun, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri masih rendah. Stigma sosial terhadap penyakit TBC juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak penderita enggan mencari pengobatan.

“Kami berupaya untuk mengedukasi masyarakat agar tidak takut atau malu memeriksakan diri. TBC bukanlah kutukan, melainkan penyakit yang bisa disembuhkan jika ditangani dengan tepat,” tambahnya.

Dalam upaya menekan angka kejadian TBC, Trimulyaningsih juga mengingatkan pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menurutnya, kebiasaan seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan masker saat batuk atau bersin dapat membantu mencegah penyebaran TBC.

Selain itu, ia juga mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan ventilasi udara di rumah. TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menyebar melalui udara. Ruangan yang lembap dan kurang ventilasi dapat mempercepat penularan penyakit ini.

“Kami sangat menganjurkan untuk membuka jendela dan memastikan sirkulasi udara berjalan dengan baik di rumah atau tempat kerja. Ini sederhana, tetapi sangat efektif untuk mencegah penularan,” tambahnya.

Dengan lonjakan kasus TBC yang signifikan, Kota Cirebon harus bergerak cepat untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah dan masyarakat harus saling bahu-membahu dalam mewujudkan kota yang bebas TBC.

“Harapan kami, ke depannya tidak ada lagi stigma terhadap penderita TBC. Semua masyarakat harus sadar bahwa penyakit ini bisa dicegah dan diobati jika kita semua peduli dan disiplin,” tutup Trimulyaningsih.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper