Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Investasi Jabar: Permintaan Ekspor Meningkat, Ekosistem Bisnis Kopi di Ciwidey Terus Menggeliat

Kopi-kopi yang diproduksi oleh 15 kelompok tani di Ciwidey memang sebagian besar diperuntukan bagi pasokan ekspor yang dilakukan oleh PT Sukapina.
Ekosistem bisnis kopi di Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung terus bergeliat./Bisnis
Ekosistem bisnis kopi di Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung terus bergeliat./Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG — Ekosistem bisnis kopi di Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung terus bergeliat. Pada musim panen raya, petani bisa menghasilkan puluhan ton setiap harinya.

Pemasok kopi untuk PT Sukapina, Agus Hidayat, 33 tahun, mengatakan di daerahnya panen raya kopi terjadi di bulan Juni-Juli setiap tahunnya.

“Kalau di panen raya itu bisa menerima 20-30 ton per hari,” jelas dia kepada Tim Jelajah Investasi Jawa Barat Bisnis Indonesia, Senin (9/9/2024).

Tahun ini menurutnya, hampir sepanjang tahun ada panen kopi. Hanya saja memang jumlahnya tidak terlalu besar, hanya kisaran 1,5-2 ton kopi per hari.

“Sekarang Alhamdulillah selalu ada,” jelasnya.

Ia menjelaskan, sejak 2014 memang usaha kopi ini terus tumbuh. Seingat dia, pada 2014 lalu sejak dia memulai bisnis kopi, harga cherry kopi itu dihargai Rp3.000-Rp4.000 per kilogram.

“Untuk kopi keringnya, itu harganya dulu Rp7.000 per kilogram,” tambahnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, harga kopi di pasaran menurutnya terus membaik seiring dengan meningkat permintaan.

Hari ini, harga cherry kopi dihargai Rp12.000 per kilogramnya. Sementara itu, untuk kopi yang sudah dikeringkan itu berada di kisaran Rp36.000 per kilogram.

“Kalau di panen raya harga cherry bisa mencapai Rp14.500 per kilogram dan kering atau gabah itu bisa Rp40.000 per kilogram,” jelasnya.

Menurutnya, kopi-kopi yang diproduksi oleh 15 kelompok tani di daerahnya itu memang sebagian besar diperuntukan bagi pasokan ekspor yang dilakukan oleh PT Sukapina.

“Setahu saya memang untuk ekspor ke luar ya, ada beberapa merek yang sudah mendunia juga,” jelasnya.

Untuk itu, dari hulu ke hilir pengelolaan biji kopi dilakukan secara bertahap. Mulai dari, pulper yakni melepas kulit cherry kopi, fermentasi 8 jam, mencuci biji kopi, huller, pengeringan, pemisahan biji berkualitas, packing hingga akhirnya diekspor.

“Yang dieskpor itu yang sudah melewati semua prosesnya,” ungkapnya.

Saat ini menurutnya, ada 1.000 hektare hutan rakyat yang dikelola oleh kelompok tani untuk ditanami kopi. Rata-rata satu pohon kopi di daerahnya bisa menghasilkan 2 kilogram cherry.

“Tergantung bibit dan perawatannya, tapi rata-rata itu 2 kilogram per pohon,” ungkapnya.

Saat ini di daerahnya pun terus dikembangkan jenis kopi yang mampu menghasilkan biji kopi banyak dengan masa produktif yang lebih lama.

“Sekarang banyak juga demplot untuk jenis kopi yang bisa menghasilkan kopi lebih banyak dan lebih panjang umur produktifnya yang cocok ditanam di daerah sini,” jelasnya.

Konten ini merupakan bagian pemberitaan dari program Jelajah Investasi Jabar, perjalanan jurnalistik Bisnis Indonesia Perwakilan Jawa Barat yang didukung oleh DPMPTSP Provinsi Jawa Barat, Diskominfo Jabar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Bank BJB, XL Axiata dan Eiger.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper