Bisnis.com, BANDUNG -- Nilai impor Jawa Barat Juni 2024 mencapai US$1,06 miliar atau turun sebesar 4,25% dibandingkan dengan Mei 2024. Hal ini dipengaruhi oleh turunnya nya impor Nonmigas sebesar 5,90% sedangkan impor Migas yang naik 3,93%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Marsudijono mengatakan bila dibandingkan dengan Juni 2023 terjadi peningkatan nilai impor sebesar 6,93%.
Dilihat dari 10 golongan barang utama, nilai impor Nonmigas Juni 2024 Jawa Barat sebagian besar mengalami penurunan dibanding Mei 2024, hanya tiga golongan yang mengalami peningkatan.
Apabila dilihat lebih rinci, diketahui bahwa penurunan terbesar dialami Golongan Filamen Buatan sebesar US$34,17 juta atau 37,18%, diikuti Golongan Kain Rajutan sebesar US$19,30 juta atau 22,35% serta Golongan Mesin dan Perlengkapan Elektrik sebesar US$13,12 juta atau 9,05%.
Menurut dia, rata-rata nilai impor Nonmigas dari 13 negara mitra utama menurun dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan sebanyak enam negara mitra utama impor Jawa Barat mengalami penurunan yang cukup besar, dan sisanya mengalami kenaikan. Penurunan terbesar berasal dari Tiongkok sebesar US$84,65 juta atau 23,86%, diikuti oleh Taiwan yaitu sebesar US$14,87 juta atau 22,76%, serta Vietnam yaitu sebesar US$10,99 juta atau 21,18%.
Sementara itu, nilai impor menurut golongan penggunaan bahan konsumsi dan bahan baku/penolong selama Juni 2024 mengalami peningkatan dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, sebesar 25,01% dan 8,64%, sedangkan Barang Modal turun 15,31%.
Baca Juga
"Ini artinya geliat industry kita mulai terlihat karena ada peningkatan impor untuk bahan baku/penolong," ungkap dia di Kantor BPS Jabar, Kamis (1/8/2024).
Kemudian, ia juga menjelaskan neraca perdagangan Jawa Barat Juni 2024 mengalami surplus dari sisi nilai sebesar US$1,94 miliar. Nilai tersebut ditunjang oleh surplus komoditi Nonmigas sebesar USD 2,09 miliar, sedangkan komoditi Migas defisit sebesar US$160,30 juta.
Dari sisi volume perdagangan luar negeri, pada bulan Juni 2024 terjadi surplus sebesar 183,48 ribu ton, yang disumbang oleh surplus komoditi Nonmigas sebesar 410,62 ribu ton, sedangkan komoditi Migas defisit sebesar 227,14 ribu ton.