Bisnis.com, BANDUNG— Kelompok Tani Mulya sukses mengembangkan usaha di sektor perkebunan teh hingga mampu meningkatkan nilai hingga ribuan kali lipat.
Kelompok tani yang berasal dari Kampung Margamulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung ini sukses mengolah daun teh basah yang hanya bernilai Rp2.000-Rp2.500 per kilogram, menjadi jutan rupiah per kilogramnya.
Anggota Tani Mulya, Tatang Lesmana mengatakan sejak bergabung bersama lima orang milenial lainnya pada 2020 lalu, mereka mampu menjadikan sektor ini menjadi sektor unggulan.
“Kita bergabung sejak ada program Petani Milenial, karena orang tua kita ber-6 juga petani teh,” ungkap Tatang kepada Bisnis, dalam gelaran Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan IX 2024, di Soreang Kabupaten Bandung, Senin (29/7/2024).
Sejak saat itu, ia mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerahnya yang memang memiliki hamparan perkebunan teh. Setidaknya, kelompok Tani Mulya yang berjumlah 85 orang ini menghasilkan 2 ton pucuk teh basah per hari dari lahan seluas 60 hektare.
“5% dari pucuk basah itu kita olah jadi special tea,” ungkap dia.
Baca Juga
Ia mengatakan, saat dilakukan perlakuan dengan melakukan pemilahan menjadi special tea pihaknya bisa menjual white tea dengan harga Rp1,7 juta hingga Rp2 juta per kilogram, Black tea Rp100.000 per kilogram, Green Tea Rp100.000.
“Alat pengolahan itu semua ada, jadi kita bisa membuat sendiri, kita juga terus mengembangkan untuk artisan tea,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengatakan, untuk skala nasional, teh yang diolah oleh kelompoknya sangat diminati khususnya dari market di luar Jawa.
“Kalau di luar Jawa mungkin minim ya lahan teh, jadi pas lihat produk kita mereka senang,” jelasnya.
Untuk penjualan, para petani milenial ini menjual mulai dari ke cafe, resto, pasar wisata hingga penjualan di market place.
“Alhamdulillah untuk omzet kelompok tani itu kalau digabung [tiga bulan lalu], ada di Rp150 juta hingga Rp180 juta,” jelasnya.
Ia mengatakan potensi teh di Jawa Barat ini memang cukup besar, sehingga ia optimis sektor ini mampu menjadi komoditas unggulan setelah sebelumnya sukses dilakukan pada komoditas kopi.