Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Beras dan Gabah di Ciayumajakuning Naik

Rata-rata harga gabah dan beras di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) mengalami kenaikan pada Juni 2024.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, CIREBON - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan rata-rata harga gabah dan beras di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) mengalami kenaikan pada Juni 2024. Kenaikan tersebut berlaku pada tingkat eceran maupun penggilingan.

Berdasarkan catatan tersebut, harga gabah kering panen (GKP) pada tingkat petani naik 2,62% menjadi Rp5.900 pada Juni 2024. Sementara, rata-rata harga GKP ditingkat penggilingan sebesar Rp.7097 per kilogram atau naik 2,56%.

Kemudian, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan kini sebesar Rp12.698 per kilogram atau naik 1,49%. Sementara, rata-rata harga beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp12.181 per kilogram atau naik 2,23%.

Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar mengatakan harga gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Cirebon saat ini berkisar antara Rp5.400 hingga Rp5.500 per kilogram.

Jenis tersebut pun dipanen menggunakan mesin combine. Sementara GKP kualitas dua yang dipanen secara manual memiliki rentang harga antara Rp5.200 per kilogram hingga Rp5.300 per kilogram. 

Harga gabah saat ini dianggap rendah dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Pada waktu tersebut, harga GKP di Kabupaten Cirebon mampu menembus angka Rp8.500 per kilogram

"Harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan drastis. Kehadiran panen yang bersamaan di berbagai daerah menjadi penyebab utama penurunan harga gabah," kata Tasrip.

Tasrip menyebutkan, meskipun harga gabah Kabupaten Cirebon masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yakni Rp5.000, petani harus tetap menanggung risiko besar.

Selama musim tanam rendeng 2023/2024, petani terpaksa gigit jari lantaran harus tanam ulang akibat cuaca ekstrem. Biaya produksi pun membengkak lantaran petani harus mengeluarkan biaya tambahan bibit, pupuk, hingga upah buruh tani. 

"Berat untuk petani, terutama mereka yang menyewa lahan. Kami meminta pemerintah dapat menaikkan harga pembelian pemerintah untuk gabah," kata Tasrip.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper