Bisnis.com, BANDUNG — Eti Nurhayati, 49 tahun, penggagas Kelompok Mayangan Lestari gigih terus mempromosikan produk olahan ikan tongkolnya untuk bisa dikenal banyak orang.
Di rumah produksi olahan lautnya, di Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Eti bersama lima orang rekannya setiap minggu mengolah puluhan kilogram ikan tongkol yang ia beli dari nelayan untuk diproduksi menjadi abon dan kerupuk.
“Sudah dari 13 Juli 2022 kami membuat olahan ikan tongkol ini,” ungkap Eti kepada Tim Jelajah Ekonomi Hijau Bisnis Indonesia, Jumat (21/6/2024).
Semula, Eti dan warga di desanya belum menemukan bentuk usaha apa yang cocok untuk diproduksi. Padahal, daerahnya tersebut berada di Kawasan Wisata Pondok Bali.
“Awalnya kan banyak ikan jamba, tapi kan itu ga ada khasnya, sama dengan daerah lain,” jelasnya.
Labat laun, ia menjalin komunikasi dengan pelbagai komunitas lingkungan dan pemerintahan. Akhirnya, tercetus ide untuk membuat olahan makanan dari ikan tongkol berupa abon dan kerupuk.
Baca Juga
“Jadi abon itu dari dagingnya, kerupuk itu dari tulang ikannya,” ungkapnya.
Masih hangat di ingatan Eti, dengan bermodalkan Rp1 juta hasil urunan bersama ibu-ibu lainnya, ia lantas memberanikan diri untuk memulai usaha tersebut.
“Kalau orang itu ngerangkak dulu untuk memulai usaha, kita beranikan diri untuk langsung berani walaupun belum ada bantuan apapun,” katanya.
Eti yang juga Petugas Program Keluarga Berencana (PPKBD) atau Pos KB ini, tidak menyerah belajar untuk menyempurnakan produknya baik dari segi kualitas maupun kemasan agar bisa merambah pasar yang lebih luas.
Hingga akhirnya, ia bertemu dengan PT MUJ ONWJ, perusahaan daerah Provinsi Jawa Barat yang bergerak di bidang energi, yang membantu Eti dan kelompoknya untuk mengurusi legalitas usahanya.
“Kita dibantu dari segi pengurusan Nomor Induk Berusaha [NIB], sertifikasi halal dan PIRT, sekarang lagi dibantu proses Haki, untuk mematenkan hak cipta produk kami,” jelasnya.
Selain itu, kelompoknya pun mendapat bantuan alat produksi olahan ikan tongkol, berupa kompor, wajan, timbangan elektrik hingga spinner untuk pengerigan.
“Dengan bantuan itu, Alhamdulillah produksi kami lebih cepat dan berkualitas,” jelasnya.
Saat ini, produk Abon Ikan Tongkolnya dijual dengan harga Rp15.000/50gr dan kerupuk Rp5.000/bungkus.
Ia berharap, ke depan ada pihak yang mau membantunya untuk melatih kelompoknya merambah penjualan di platform market place.
“Kami ingin sekali dibantu dari sisi penjualannya, karena kami masih terbatas masalah penjualan apalagi di sektor digital,” jelasna.
Pasalnya, saat ini, penjualan baru mereka lakukan dengan cara konvensional dari mulut ke mulut. Hal paling jauh yang bisa dilakukan saat ini oleh kelompoknya untuk menjajakkan produknya adalah mengunggahnya di masing-masing status WhatsApp kelompok.
Konten ini merupakan bagian pemberitaan dari program Jelajah Ekonomi Hijau, perjalanan jurnalistik Bisnis Indonesia Perwakilan Jawa Barat yang didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, DPMPTSP Provinsi Jawa Barat, Bank BJB, PT KAI, MUJ ONWJ, Bank Mandiri dan Cirebon Power.