Bisnis.com, BANDUNG— Langkah menuju ekosistem ekonomi hijau memang tidak mudah. Namun, jika tidak dimulai, maka taruhannya adalah masa depan alam dan manusia itu sendiri.
Langkah progresif penerapan bisnis dengan orientasi ekonomi hijau kini tengah dirintis oleh Eiger Adventure, salah satu produsen apparel luar ruangan asal Bandung, Jawa Barat yang memiliki visi keberlanjutan “Untuk Bumi, Untuk Nanti”.
Sustainability Manager Eiger, Ribka Suharyanto mengatakan, kesadaran perseroan untuk turut serta dalam ekosistem keberlanjutan ini sudah terbangun sejak lama. Bahkan perusahaan yang kini mulai merambah pasar Asia Tenggara ini sudah dalam tiga tahun rajin menerbitkan Sustainability Report.
"Meskipun bukan perusahaan publik, kami merasa perlu untuk memberikan laporan terhadap Eigerian [pelanggan setia Eiger] tentang progres komitmennya dalam mewujudkan keberlanjutan," ungkap dia kepada Bisnis, di Bandung, Kamis (25/4/2024).
Dia mengatakan, Sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang sedang dioptimalkan adalah mengatasi masalah limbah plastik yang mereka sulap menjadi produk berkualitas.
Beberapa produk Eigerpun diberi tajuk Eiger Green, kumpulan produk yang dibuat dengan serat kain polyester dengan bahan daur ulang yang diolah dari limbah botol plastik PET.
Baca Juga
"Beberapa produk kami juga khususnya jenis pakaian sudah menggunakan bahan dasar kapas organik dan pengolahan ampas bubuk kopi," ungkap dia.
Dia menjelaskan, penggunaan bahan dasar kapas organik, untuk mendukung budidaya kapas yang lebih ramah lingkungan dengan penggunaan air yang lebih sedikit, menggunakan strategi rotasi tanaman, tanah yang sehat dan memperhatikan kelestarian tanah, serta tidak menggunakan bahan kimia beracun.
Lalu, dia menuturkan, Eiger juga saat ini menggunakan bahan Tencel pada beberapa produknya. Dengan menggunakan bahan ini, ia mengklaim produk dapat terurai kembali ke alam dalam kurun waktu 12 pekan dan menjadi kompos sehingga dapat berkontribusi dalam pengurangan limbah fashion
Pihaknya juga berkomitmen untuk mengurangi kemungkinan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Salah satu caranya dengan memanfaatkan bahan sisa produksi yang layak guna, sehingga sisa bahan tersebut tidak menjadi limbah dan dapat diolah menjadi barang layak jual.
Dia mengatakan setiap tahun jumlah produk yang menggunakan material terbarukan terus meningkat. Pada 2022, dari jumlah total produksi 7.725.996 produk, 2,9% di antaranya menggunakan material terbarukan.
Kemudian pada 2021, dari 7.802.595 produk yang diproduksi, 3,7% di antaranya menggunakan material terbarukan dan pada 2022, 8.735.795 produk, 14% di antaranya menggunakan material terbarukan.
"2023 lalu, itu diperkirakan lebih dari 20% jumlah produk menggunakan material terbarukan, masih kami hitung dan susun," ungkap dia.
Pihaknya juga melibatkan pelaku industri lokal untuk masuk dalam ekosistem bisnis berkelanjutan yang telah dirancang. Bahkan saat ini, 81% produk yang dihasilkan merupakan produk hasil kolaborasi dengan industri dalam negeri.
“Untuk menjaga alam kita dan rumah kita bersama, Eiger tak bisa bergerak sendiri. Ada kemitraan yang kami bangun dengan seluruh stakeholder dari hulu hingga hilir, demi mengurangi dampak lingkungan dalam seluruh proses bisnis Eiger," ujar Ribka.
Sementara itu Founder Spedagi, pemasok frame bambu untuk produk Eiger Green, Singgih Susilo Kartono mengatakan, pihaknya mendapatkan pengalaman yang baik dalam berkolaborasi dalam ekosistem bisnis berkelanjutan. Selain pelatihan, dia juga mendapatkan panduan berupa minimum requirement sustainable performance.
"Berbagai training dan awarding pun dilakukan oleh Eiger yang mendorong kami untuk terus maju dan menerapkan sustainable practices," jelasnya.
Secara bisnis, dia juga mengakui Eiger memberikan kesempatan bagi dirinya dalam bentuk Enterpreneur Capacity Building.
"Itu sebuah kesempatan atau ruang bagi pemasok skala usaha perorangan dan mikro untuk peningkatan kapasitas, kualitas dan kuantitas bagi pemasok lokal, khususnya bagi kami yang termasuk dalam skala UMKM," imbuhnya.