Bisnis.com, BANDUNG— Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan bus rapid transit (BRT) Bandung Raya bisa beroperasi minimal untuk ujicoba pada tahun ini.
Direktur Lalu Lintas Jalan Kemenhub Ahmad Yani mengatakan sebelum ujicoba, pembangunan sarana dan prasarana BRT Bandung Raya yang dibangun oleh Kemenhub, akan dimulai pada medio 2024 sekarang serta diharapkan rampung pada tahun ini juga.
"Kita support mulai dari prasarana maupun sarana. Nilainya Rp1,3 triliun. Target kita bergerak di pertengahan tahun ini, harapannya bisa selesai dan beroperasi ujicoba,” katanya dikutip Senin (11/3/2024).
Terlebih rencana pembangunan BRT Bandung Raya telah dimulai sejak 2019 silam, hasil kolaborasi dengan World Bank. Harapannya, BRT Bandung Raya yang memiliki skema sama seperti TransJakarta, mampu menjadi solusi mengurai kemacetan.
"Tentunya dengan pola yang lebih baik, kita bisa mewujudkan transportasi terintegrasi. Kelancaran dan kepastian waktu bisa dikejar," ucapnya.
Sementara Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Muhammad Taufiq Budi Santoso menyampaikan, pihaknya bersama pemerintah pusat melalui Kemenhub, pemerintah kabupaten/kota Bandung Raya telah melakukan penandatangan nota kesepakatan.
Baca Juga
Terkait pengelolaan dan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan atau BRT di kawasan perkotaan Cekungan Bandung. Keterlibatan seluruh pihak ini lanjut Taufiq, diharapkan mampu mengakselerasi proyek tersebut.
"Ada lima ruang lingkup, persiapan, pelaksanaan, pengelolaan, pengendalian dan lainnya. Seluruh kota/kabupaten di Cekungan Bandung dan provinsi akan melaksanakan konsep BRT secara terintegrasi," katanya.
Pada tahun ini, ada dua rute yang akan dieksekusi sarana dan prasarananya yakni Tegalluar-Stasiun Bandung dan Kebon Kalapa-Cibiru.
"Pusat menyiapkan prasarana. Jalan yang dedicated akan dimulai dibangun tahun ini. Total ada 21 rute yang nanti dilayani BRT. Baik dedicated line maupun jalan yang ada sekarang. Tahun ini ada dua rute baru di kuartal 4, 2024. Menghubungkan ke Tegalluar," paparnya.
Taufiq melanjutkan, moda transportasi massal BRT kelak mayoritas akan ramah lingkungan karena menggunakan kendaraan berbasis electric vehicle atau listrik. Selain itu, pemberhentian dan jadwal keberangkatan akan lebih disiplin seperti TransJakarta.
"BRT ini konsepnya akan menggunakan lebih banyak kendaraan listrik. Berhenti di halte, stasiun atau depo [tidak sembarangan] dan terjadwal. Disini kita kolaborasi, kabupaten/kota dan provinsi dapat membantu untuk membiayai operasionalnya," pungkasnya.