Bisnis.com, CIREBON - Kementerian Pertanian menyatakan kebutuhan gula konsumsi tahun ini sebanyak 3,2 juta ton. Sementara, produksi rata-rata setiap tahunnya hanya 2 juta ton.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan produksi tanah air tahun lalu menembus angka 2,4 juta ton. Pada 2021, produksi salah satu kebutuhan pokok masyarakat hanya 2,34 juta ton.
“Ini artinya, masih dibutuhkan tambahan produksi untuk swasembada sebesar 850 ribu ton,” kata Syahrul Yasin Limpo saat melakukan panen tebu di Desa Sidamulya, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Selasa (11/7/2023).
Syahrul Yasin Limpo atau SYL menyebutkan beberapa upaya harus dilakukan, di antaranya pengoptimalan produksi gula tebu, pemanfaatan teknologi, ketersediaan varietas unggul baru yang adaptif di lahan kering, dukungan pengolahan.
Kemudian, distabilitas harga, peningkatan kuantitas SDM, keterbatasan lahan tebu dan minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu, ditambah lagi dengan adanya perubahan iklim.
“Tantangan ini membuat kami mengeluarkan regulasi untuk mendukung hubungan yang harmonis antara pabrik gula dan pemilik kebun tebu,” kata SYL.
“Hal ini harus dilakukan agar mampu meningkatkan semangat pekebun untuk mengoptimalkan dan mendorong produktivitas, mutu tebu, dan rendemennya,” sambugnya.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam menyebutkan tahun ini segera mengalokasikan program peningkatan produksi dan produktivitas berupa intensifikasi seluas 4.700 hektare.
Sementara, untuk Kabupaten Cirebon mendapatkan alokasi kegiatan Rawat Ratoon seluas 100 hektare.
“Program ini Kementerian Pertanian memberikan bantuan sarana produksi kepada pekebun penerima bantuan dalam bentuk natura. Adapun sarana produksi yang diberikan berupa pupuk majemuk sebanyak 300 kg/ha, pembenah tanah 8 liter per hektare, dan pupuk Silika 5 kg hektare,” kata Andi.