Bisnis.com, BANDUNG -- Semangat dalam memajukan ekosistem bisnis pertanian di tanah air terus digelorakan. Pasalnya, dunia pertanian kini cenderung tak dilirik lagi sebagai salah satu mata pencaharian yang potensial.
Menjadi pegawai negeri sipil (PNS), karyawan BUMN hingga menjadi profesi lain yang dinilai lebih cuan, menjadi pilihan generasi muda dalam menentukan karir. Ironisnya, hal tersebut juga terjadi pada para anak petani, yang tidak menganggap profesi orang tuanya tidak kekinian.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu Petani Milenial asal Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat Choirul Ibnur Fajar kepada Tim Jelajah Petani Milenial Bisnis Indonesia.
Choirul berkelakar, saat ini banyak yang tidak mengetahui bagaimana besarnya potensi di dunia pertanian karena para petani yang sukses hampir tidak pernah memamerkan capaiannya.
"Kalau mau lihat mah [saldo] rekeningnya pasti kaget, bisa di atas dua digit [penghasilan sekali panen]," selorohnya.
Bahkan, ia mengaku tak punya privilege seperti anak lainnya yang diwarisi aset lahan hingga perusahaan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, Choirul memulai bisnis pertanian dari nol.
Baca Juga
"Saya gak punya aset lahan, apa lagi perusahaan, saya mulai dari bawah," jelas dia.
Choirul yang kini tengah mengembangkan komoditas premium seperti cabai paprika, mentimun kyuri, selada romaine dan asparagus, mengaku nekat menyewa lahan bersama Timnya, yakni Tim Agro Bersama.
"Saya semua lahannya sewa, gak ada yang milik pribadi, ada dari teman atau sodara," ungkapnya.
Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya untuk membangun sistem pertanian modern di daerahnya. Tujuannya hanya satu, ingin membawa kesejahteraan dari ingar bingar harga sayuran premium di perkotaan ke dapur-dapur para petani.
"Saya ingin membuka wawasan, mindset para petani di sini, kalau bertani itu bukan hanya soal memupuk dan menjual saja, tapi bisa lebih dari itu,: jelasnya.
Sebenarnya, ia sudah ditawari oleh salah satu startup yang bergerak di ekosistem produk pertanian. Hanya saja, gaji besar tak membuatnya bisa tunggang kaki. Ia merasa dirinya tidak dilahirkan untuk berada di belakang meja.
"Saya gak bisa kalau di kantor, mungkin dunia saya di sini [di ladang pertanian]," kelakarnya.
Untuk itu, ia mengajak generasi muda yang memang memiliki minat masuk ke dunia pertanian untuk tidak ragu memulai. Karena bukan hanya cuan, pertanian juga menawarkan ketenangan dan juga kepuasan dalam bekerja.
Bisnis Indonesia perwakilan Jawa Barat kembali menggelar Program Jelajah Petani Milenial Juara. Kerja jurnalistik ini didukung oleh Humas Jabar dan Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat, Dinas Kehutanan Jawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, dan Bank BJB.