Bisnis.com, CIREBON - Pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat meminta masyarakat yang memutuskan berinvestasi saham agar menentukan tujuan investasi. Hal ini agar kepemilikan produk sesuai keinginan.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat Reza Sadat Shahmeini mengatakan investasi harus dilakukan untuk masa depan.
Contoh, bila ada investor yang berusia 35 tahun dan menginginkan memiliki sejumlah dana untuk dinikmati pada usia 55 tahun, maka tujuan investasi untuk 20 tahun ke depan.
"Dalam jangka panjang, saham memberikan potensi return yang paling tinggi. Selama rentang 10 tahun terakhir, pertumbuhan IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 22,3 persen (return saham berdasarkan kenaikan indeks saham," kata Reza melalui pesan tertulis, Senin (21/2/2022).
Reza mengatakan bila investor memutuskan berinvestasi jangka panjang, jangan tergiur melakukan aktivitas trading jangka pendek.
"Tetap fokus pada tujuannya, atau jika tertarik menjadi trader, lakukan secara terpisah dengan portofolio yang baru, yang khusus untuk transaksi jangka pendek," kata Reza.
"Strategi jangka panjang dan jangka pendek bisa dipelajari dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investor," imbuhnya.
BEI mencatatkan jumlah investor saham baru sampai 31 Desember 2021 terus bertambah. Adanya penambahan tersebut, single investor identification (SID) saham sebanyak 705.625.
Jumlah investor saham pada 2021 meningkat signifikan dibandingkan 2020 yang hanya 278.679. Artinya, penambahan tersebut sebanyak 426.586.
"Peningkatan dari 2020 ke 2021 itu sangat signifikan, sebesar 153,07 persen. Hal ini menunjukkan, semakin sadarnya masyarakat untuk berinvestasi," kata Reza.
Reza mengatakan, dari 705.625 investor saham di Jawa Barat, sebagian besar berusia 26 hingga 30 tahun atau generasi milenial. Sementara, pada urutan keduanya masyarakat usia 31 sampai 40.
Ditambahkan Reza, kenaikan jumlah investor tersebut, paling tinggi dalam sejarah pasar modal di Jawa Barat.
"Pada 2013, jumlah investor hanya sebanyak 49.296. Kemudian, pada 2015 bertambah menjadi 68 ribu lebih, sampai pada akhirnya 700 ribu lebih. Kami yakin tahun 2022 ini bisa lebih banyak," kata Reza.
Dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat, Kota Bandung menduduki urutan pertama jumlah investor saham sebanyak 135.545. Sementara paling sedikit, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tasikmalaya. Masing-masing hanya 2.
Reza mengatakan, selain mengalami kenaikan jumlah investor saham, nilai transaksi di Jawa Barat pun mengalami kenaikan. Pada 2020 (Januari-Desember) sebanyak Rp251,30 triliun, sementara 2021 (Januari-Desember) Rp442,72 triliun.
"Nilai transaksi ini juga memecahkan rekor dalam sejarah pasar modal di Jawa Barat," kata Reza.