Bisnis.com, BANDUNG - Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) penyamak kulit di Kecamatan Sukaregang, Kabupaten Garut berharap pemerintah menggunakan fungsinya untuk menghidupkan kembali usaha mereka yang saat ini mati suri.
Wakil Ketua Bidang Hubungan Pemerintahan Asosiasi Penyamak Kulit Garut Sukandar mengatakan, pelaku usaha penyamak kulit sudah dua kali dihantam dan mengalami kemerosotan penjualan hingga separuhnya. Pertama oleh gempuran produk impor dari China, kedua oleh pandemi Covid-19.
"Kita sebelum alami pandemi sudah mengalami penurunan, oleh produk-produk impor dari China, kita turun hampir 40 persen lebih," kata Sukandar kepada Bisnis.com, Senin (13/9/2021).
Menurutnya, perajin kulit sebelum adanya pandemi Covid-19 sudah dikagetkan dengan serbuan barang serupa dengan produk yang dibuat anggota asosiasinya dari China dengan harga yang sangat murah.
"Pembeli di kita kan yang penting harganya murah," jelas dia.
Sehingga hal tersebut mengoreksi cukup dalam penjualan hasil kerajinan kulit dari Garut tersebut.
Ke dua kata dia, sebenarnya sebelum pandemi permintaan kerajinan kulit baik tas, sepatu, dompet, jaket, sandal, sabuk dan produk lainnya sudah mulai meningkat, kemudian muncul lah pandemi Covid-19.
"Akhirnya kembali merosot penjualannya, kondisinya daya beli masyarakat menurun," ungkapnya.
Ia pun berharap pemerintah bisa memberikan stimulasi bagi keberlanjutan usaha perajin kulit di Sukaregang yang saat ini kian terpukul.
"Saya belum bisa memprediksi ke depan kondisinya akan seperti apa, karena dibutuhkan keberpihakan dari pemerintah," jelasnya. (K34)