Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemkot Bandung Mulai Lirik Pengelolaan Sampah Jadi Batu Bara

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyebut karakteristik sampah di pasar-pasar Kota Bandung cocok untuk menjadi bahan baku RDF.
Aktivitas pekerja di PT Tekno Inovasi Asia (TIA) yang mengelola sampah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) di Jalan Jendral AH Nasution./Istimewa
Aktivitas pekerja di PT Tekno Inovasi Asia (TIA) yang mengelola sampah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) di Jalan Jendral AH Nasution./Istimewa

Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah Kota Bandung terus menjajaki beragam upaya menyelesaikan masalah sampah di Kota Bandung. Salah satunya dengan mempelajari pengolahan sampah menjadi batu bara.

Untuk itu juga, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengunjungi tempat pengolahan sampah PT Tekno Inovasi Asia (TIA) yang mengelola sampah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) di Jalan Jendral AH Nasution.

Menurutnya, sampah RDF tersebut diklaim bisa menjadi pengganti batu bara. RDF merupakan sampah yang mudah terbakar dan telah mengalami pemilahan dan proses pencacahan.

Di tempat tersebut mampu memproduksi RDF sebanyak 16 ton per bulan. Tingkat kelembapannya di bawah 10 dan nilai kalori 2.800-3.500 yang setara dengan batu bara muda.

Dalam kunjungannya, Yana didampingi Kepala Dinas Lingkungah Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung Dudy Prayudi.

“Ada yang menjadi RDF dengan kalori tinggi 3.500. Ini bisa sebagai substitusi pengganti batu bara. Kemudian ada yang diolah menjadi maggot, ada yang diolah menjadi kompos. Dan ada yang diolah menjadi kompos cair,” kata Yana di sela-sela peninjauan.

Yana mengatakan, dengan adanya pengelolaan sampah ini dapat mengurangi sampah di Kota Bandung.

Tak hanya itu, ia menyebut, karakteristik sampah di pasar-pasar Kota Bandung cocok untuk menjadi bahan baku RDF.

“Kita akan coba jajaki. Apakah bisa terjalin kerja sama? Jadi kita minta disimpan satu alat di TPS milik Pemkot Bandung, mereka melakukan pengolahan di situ," kata Yana.

"Harapannya, pengelolaan sampah itu habis di lokasi. Nanti hasil produksinya dijual oleh teman-teman yang memiliki teknologi,” jelasnya.

Menurut Yana, harga yang dikeluarkan pun masih jauh di bawah harga batu bara. Sehingga dapat mengurangi ongkos produksi.

“Ada yang [dijual] ke pabrik tahu, ada yang ke tekstil. Dijualnya per ton, masih di bawah Rp1 juta per tahun,” jelasnya.

“Harga jualnya itu cukup bagus, lebih murah dari batu bara, tapi biaya produksinya tidak tinggi,” tutur Yana.

Usai mengunjungi kawasan tersebut, Yana melanjutkan ke wilayah pengelolaan sampah lainnya. Di antaranya, Jalan Babakan Suka Mulya RW 09 Kelurahan Pasanggrahan, KBS Sukamiskin, Jalan AH Nasution No 96 Gg. HM Tamim RT 02 RW 02 dan KBS Antapani, Jalan Banjarsari 4 sebelah SDN Griba 23 RW 19 Kel. Antapani Tengah.

Dengan berbagai macam metode pengelola sampah tiap wilayah, ia optimis masyarakat mampu mengelola dengan baik. Mulai dari memilah sampah dari sumbernya yaitu rumah.

Ia juga terus mendorong kewilayahan untuk berinovasi.

"Dengan masyarakat yang guyub maka kebersihan Kota Bandung akan lebih terasa," ujar Yana. (K34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper