Bisnis.com, BANDUNG - Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat membantah minat buruh menghuni apartemen transit di Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, minim.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Jawa Barat Boy Iman Nugraha mengatakan minat buruh menghuni apartemen dengan luas lahan 0,9 hektare dan memiliki 2 menara kembar berisi 198 unit kamar tersebut tinggi.
“Kalau dilihat sepi peminat, itu menara yang dibangun oleh Kementerian PUPR yang belum diserahterimakan ke kami. Fisiknya belum ada serah terima,” katanya di Bandung, Selasa (13/10/2020).
Menurutnya tingkat hunian dan minat pekerja di wilayah tersebut tercatat tinggi karena itu pihak PUPR kembali membangun satu menara kembar di lokasi yang sudah ada. Dihubungi terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelola dan Pelayanan Perumahan Jawa Barat (UPTD P3JB) Aida Fitriyani mengatakan tingkat okupansi Solokan Jeruk mencapai 90 persen.
Senada Boy, Aida memastikan menara baru yang dibangun PUPR memang belum bisa dihuni pekerja mengingat belum ada serah terima. Menara yang dibangun dari dana hibah PUPR tersebut, saat ini kondisi fisiknya belum 100 persen. “Masih 80--90 persen, harus ada beberapa yang diselesaikan. Kalau animo, di atas 90 persen,” ujarnya.
Sebelumnya, ebelumnya, DPRD Jawa Barat menyoroti minimnya minat buruh dan pekerja menghuni apartemen transit atau rumah susun sewa (rumah susun sewa) di Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung. Anggota Komisi IV DPRD Jabar Kasan Basari mengatakan pihaknya sudah melakukan pemeriksaan dalam kunjungan ke rusunawa Solokan Jeruk pekan lalu.
Kunjungan tersebut merupakan amanat dari Badan Musyawarah DPRD Jabar untuk melakukan pendalaman ke lokasi.Taufik mencatat ada sejumlah alasan mengapa minat warga atau buruh untuk bermukim di sana kurang.
“Pertama memang masih jauhnya lokasi antara rusunawa Solokan Jeruk dengan komplek-komplek kawasan [sekitarnya],” katanya.