Bisnis.com, BANDUNG - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Supriyatno mengatakan curah hujan yang tinggi selama tiga hari beruntun menjadi salah satu faktor penyebab banjir di lima kecamatan di Kabupaten Bandung.
"Banjir di lima kecamatan, yaitu Bojongsoang, Dayeuhkolot, Baleendah, Rancaekek dan Majalaya, disebabkan karena tiga hari berturut-turut curah hujan di wilayah tersebut 551 mm per hari. Ini yang menyebabkan banjir, dan (ketinggian) banjir variasi dari 10 sentimeter - 1,6 meter," kata Supriyatno, Sabtu (25/1/2020).
Berdasarkan data BPBD Jabar, 3.744 rumah, empat sekolah, dan 17 rumah ibadah, terendam. Sebanyak 77 KK atau 225 jiwa mengungsi, dan 5.640 KK atau 18.636 jiwa terdampak banjir.
Menurut Supriyatno, BPBD berkoordinasi dengan semua stakeholders untuk bahu-membahu dalam penanganan bencana banjir kali ini. Mulai dari komunitas kebencanaan dan kemanusiaan, media, sampai pihak swasta.
"Penanganan kebencanaan ini urusan bersama. Saya berharap kepada semua stakeholders terutama relawan, media, ada dari pemerintah, dan swasta sudah harmoni dan bersinergi. Mudah-mudahan bencana tidak berulang dan tidak ada lagi," ucapnya.
Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar bersama BPBD Jabar dan Dinas Sumber Daya Air (DSDA) memberikan sejumlah bantuan logistik untuk penanganan banjir dan pengungsi.
"Pak Gubernur (Ridwan Kamil) tidak bisa hadir dan memerintahkan kepada saya untuk mewakilkan memberikan langsung kepada warga. Ada beberapa bantuan yang untuk bisa memenuhi kebutuhan warga yang terdampak," kata Supriyatno.
Supriyatno melaporkan, kehadiran Terowongan Nanjung dapat membuat genangan air cepat surut. Namun, kata dia, arus sungai Citarum di Kabupten Bandung menuju terowongan tersebut sedikit tersendat karena endapan lumpur.
"Kementerian PUPR, khususnya BBWS Citarum, untuk memperhatikan sedimentasi yang ada di alur Baleendah dan Curug Jompong. Karena air dari Kertasari yang masuk ke sungai Citarum itu membawa lumpur, sehingga mempercepat perdangkalan di jalur," ucapnya.