Bisnis.com, BANDUNG - Kinerja ekonomi Provinsi Jawa Barat sepanjang tahun lalu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,64%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,35% maupun rata-rata dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 5,47%.
Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan barat Pulau Jawa ini juga berhasil melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang pada tahun lalu tercatat sebesar 5,17%.
Direktur Eksekutif Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat Doni P. Joewono menjelaskan, pesatnya pertumbuhan ekonomi itu didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT).
"Dari lapangan usaha peningkatan didorong dari industri pengolahan, pengadaan listrik air dan gas, serta konstruksidan pertanian," kata dia, Jumat (8/2/2019).
Adapun faktor yang menopang pertumbuhan ekonomi Jabar tahun lalu menurutnya adalah kenaikan pendapatan masyarakat sejalan dengan pencairan gaji ke-13 dan rapel di instansi pemerintah. Selain itu juga pelaksanaan Pilkada, Asian Games, serta tingginya pembangunan infrastruktur.
Doni menambahkan, pendorong lain adalah keyakinan masyarakat yang tercermin dalam Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan hasil Survei Konsumen BI pada 2018 yang masih kuat yakni sebesar 140,89.
Sementara itu, secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Jabar pada kuartal IV/2018 sebesar 5,5%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,57%.
Penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2018 adalah konsumsi LNPRT yang tumbuh 11,43% yoy serta konsumsi pemerintah (5,06 yoy). "Tingginya konsumsi LNPRT terutama disebabkan belanja terkait persiapan penyelenggaraan Pemilu 2019," imbuhnya.
Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya kinerja sektor pertanian yakni sebesar 13,49% yoy dan konstruksi sebesar 7,13% menjadi komponen yang menahan perlambatan ekonomi di kawasan ini. Adapun peluang kerja berasal dari percepatan proyek infrastruktur seperti Tol Bocimi, Cisumdawu, Pelabuhan Patimban, dan Tol Cigatas.
Doni menambahkan, pada tahun ini BI Jabar memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih cukup kuat meskipun terdapat potensi perlambatan yang disebabkan oleh masih tingginya ketidakpastian perekonomian global.
"Faktor yang dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi adalah perlambatan ekonomi di negara mau, penurunan harga komoditas dunia, serta kecenderungan investor untuk bersikap wait and see pada tahun politik."