Menurutnya permintaan dari Salim Group ini potensial dipenuhi mengingat produksi buah kelapa Jabar dipasok dari sejumlah daerah dengan luasan 151.113 hektar dan produksi sebesar 91.618 ton. “Ini cukup besar. Sentra produksinya paling banyak Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Cianjur dan Sukabumi,” paparnya.
Tawaran Salim Group kemungkinan besar akan diarahkan pada tiga daerah yang produksi serta lahannya besar yakni Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya. Menurutnya dari tiga daerah tersebut ada kesiapan lahan 100.000 hektar dan produksi hingga 90 juta butir per tahun. “Yang dibutuhkan sekarang 300.000 butir per hari, bahkan ke depan bisa 2 juta butir per hari,” katanya.
Namun mengingat kebun kelapa ini didominasi oleh petani perkebunan rakyat dengan kepemilikian pohon yang bervariasi, pihaknya menawarkan agar Salim Group mengadopsi skema inti plasma. Dengan skema ini maka Salim selain memiliki perkebunan dan unit produksi, jumlah pasokan pun bisa stabil. “Diharapkan juga kelapa yang dihasilkan rakyat dibeli dengan harga layak,” tuturnya.
Untuk memenuhi lahan inti plasma, Iwa yang juga Komisaris PTPN VIII ini mengaku akan berkoordinasi dengan BUMN tersebut terkait adanya lahan-lahan yang kurang produktif. Menurutnya PTPN VIII memiliki kesiapan lahan luas, meski untuk produksi kelapa skala besar masih harus didata. “Dari sektor kelapa ini bisa menghidupi 3 juta orang,” katanya.
Produk buah kelapa yang akan diambil oleh Salim Group sendiri mulai dari serabut, arang batok, buah kelapa dan airnya. Komponen ini menurutnya dibutuhkan oleh pasar ekspor dari mulai Amerika hingga Uni Eropa. “Investasi [Salim Group] masih dihitung, kita sedang kaji. Kami juga menawarkan kopi yang sedang booming,” ujarnya.