Bisnis.com, BANDUNG - Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara mengungkapkan, saat ini dipasaran garam konsumsi sulit didapat karena produsen tidak bisa berproduksi akibat sukar mendapatkan bahan baku. Apabila kondisi ini dibiarkan akan menyebabkan gagalnya program kesehatan yang dicanangkan pemerintah yakni Universal Salt Iodization (USI).
"Salah satu program gizi yang menambahkan zat gizi yodium dalam garam (yodisasi) secara massal baik garam untuk konsumsi untuk manusia maupun hewan. Kalau manusia tidak mendapatkan iodium dia akan kurang cerdas dan pertumbuhan fisiknya tidak sempurna," katanya, kepada wartawan, Senin (24/7/2017).
Saat ini, stok garam dalam negeri terus menipis. Tingginya kebutuhan belum bisa diimbangi oleh produksi dalam negeri yang baru bisa mencapai 1,8 juta ton per tahun dari kebutuhan 4,3 juta ton.
Selain mengancam ketersediaan garam bagi masyarakat, kata dia, kondisi inipun mengancam keberlangsungan sejumlah industri di dalam negeri yang menjadikan garam sebagai salah satu bahan baku utama.
Tak hanya itu, kata dia, industri aneka pangan pun terancam tak berproduksi karena tidak adanya bahan baku. Dia mengatakan, kebutuhan garam rumah tangga dalam negeri mencapai 750 ribu ton per tahunnya.
Ketersediaan garam yang terus menipis disebabkan tingginya kebutuhan yang mencapai 6 juta ton garam setiap tahunnya. Stok yang ada pada semester I-2017, hanya setengahnya dan belum ada lagi penambahan hingga saat ini. Salah industri yang terancam, adalah industri farmasi di Tanah Air terancam kekurangan bahan baku. Karena, garam menjadi komponen utama.
"Industri farmasi, sangat bergantung pada garam sebagai bahan baku utama. Misalnya, untuk pembuatan infus dan cairan pencuci darah untuk pasien hemodialisa," kata pelaku industri farmasi, Arthur Tanujaya.
Menurut Arthur, garam yang diperlukan industri farmasi memang memiliki spesifikasi yang khusus. Garam pada farmasi, paling banyak digunakan untuk pembuatan cairan infus dan HD liquid untuk pencucian darah.
"Saat ini jumlahnya terus berkurang, karena produksinya juga berkurang gara-gara tak ada bahan baku," paparnya.
Kacau...Garam Konsumsi Mulai Langka
Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara mengungkapkan, saat ini dipasaran garam konsumsi sulit didapat karena produsen tidak bisa berproduksi akibat sukar mendapatkan bahan baku. Apabila kondisi ini dibiarkan akan menyebabkan gagalnya program kesehatan yang dicanangkan pemerintah yakni Universal Salt Iodization (USI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 hari yang lalu
OJK Gandeng FSS Korea Tingkatkan Pengawasan Sektor Keuangan
1 hari yang lalu