Bisnis.com, BANDUNG – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mendesak pemerintah segera membuk kran impor garam untuk industri. Pasalnya, saat ini stok garam nasional untuk sektor industri tengah memasuki fase darurat garam akibat tidak adanya produksi garam petani dan kosongnya persediaan.
Ketua API Ade Sudrajat mengatakan, saat ini harga garam industri meroket tajam hingga 400% menjadi Rp4.000 dari harga normal Rp750 per kg. Sialnya lagi, selain harga terkerek, barang pun sulit didapat.
“Kalau harga tinggi, tapi barangnya tersedia mungkin kami bisa dapatkan. Ini barang tidak ada. Makanya, kami minta pemerintah segera membuka kran impor untuk garam sementara waktu,” katanya, kepada wartawan, Rabu (12/7/2017).
Menurutnya, impor garam pilihan satu-satunya yang harus dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan industri nasional baik tekstil, aneka pangan dan lainnya yang membutuhkan garam sebagai komponen produksi selama petani belum bisa produksi.
Petani tidak bisa produksi akibat cuaca yang tidak menentu. Kalaupun cuaca bagus, hasil produksi petani tidak akan pernah bisa memenuhi tingginya kebutuhan industri. Dengan kata lain, lanjutnya, pemerintah harus memiliki kepekaan terhadap keluh kesah industri yang selama ini banyak membantu tugas pemerintah dalam penyediaan tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Harus ada sensor mana yang harus diimpor dan gerak cepat serta mana yang tidak mendesak. Atau pemerintah gagal paham,” ucapnya.
Mengenai gagal paham, Ade mengungkapkan, kekhawatirannya terhadap pemahaman pemerintah mengenai penggunaan garam. Pasalnya, zat asin ini tidak hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga, tapi juga industri.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) sejumlah industri yang bergantung pada garam antara lain industri aneka pangan, pengasinan kulit, penyamakan kulit, feed mill, pengeboran minyak, farmasi, sabun dan detergen.