Bisnis.com, BANDUNG - PT Pupuk Kujang Cikampek pada 2019 mendatang akan mulai membangun instalasi bahan bakar pengganti gas alam menjadi batu bara. Dengan upaya tersebut harga pupuk terutama urea bisa bersaing dengan pupuk impor asal China yang mulai membanjiri pasar nasional.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) Nugraha Budi Eka Irianto mengungkapkan, saat ini pupuk impor asal Tiongkok mulai menyerbu pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah. Pada 2016, berdasarkan informasi yang diterimanya pupuk impor yang masuk mencapai 600.000 ton.
"Harganya bersaing sekali. Hari ini harga pupuk urea impor harganya sangat murah dan kita berat melawan mereka kalau tidak melakukan perubahan. Mereka murah karena pakai batu bara dan kapasitasnya besar," katanya, kepada Bisnis, Rabu (7/6/2017).
Penggunaan bahan bakar baru itu diharapkan mulai beroperasi pada 2021. Saat ini pihaknya tengah memprospek beberapa tempat seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Selatan, dan Tengah sebagai tambang batu baranya.
Dengan demikian, pabrik untuk produksi urea pun tidak akan lagi dipertahankan di Cikampek karena harus mendekati lokasi tambang batu bara. Terlebih, PKC sudah menjalankan pilot plan tentang gasifikasi bekerja sama dengan Jepang yang mencoba berbagai komposisi batu bara yang telah dinyatakan berhasil.
"Di Cikampek masih ada Kujang 1B hingga 2037 kalau gas masih menarik dan NPKnya akan diperbesar. Selain itu, kami pun akan membangun pabrik NPK berbasis nitrat mulai tahun depan, dua tahun kemudian selesai," ucapnya.