Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

50% Petani Ikan Cirata Gulung Tikar

Bisnis.com, NGAMPRAH - Karena tak sanggup menahan tingginya biaya produksi yang disebabkan tidak terkendalinya harga pakan, 50% petani jaring apung Cirata, Jabar, mengalami gulung tikar akibat harga pakan yang kian meroket.
reuters
reuters

Bisnis.com, NGAMPRAH - Karena tak sanggup menahan tingginya biaya produksi yang disebabkan tidak terkendalinya harga pakan, 50% petani jaring apung Cirata, Jabar, mengalami gulung tikar akibat harga pakan yang kian meroket.

Ketua Asosiasi Petani dan Budidaya Ikan Waduk Cirata (Aspindac) Sundaya mengatakan, banyaknya petani kelompok jaring apung yang bangkrut semakin tidak bisa ditahan setelah sebelumnya mereka dihantam 'badai' wabah up welling yang menyebabkan 580 ton ikan di Waduk Cirata terkapar.

"Harga pakan yang terus melambung tanpa bisa dikendalikan, sementara harga jual pakan sulit untuk naik," katanya, saat dihubungi, Bisnis, Minggu (11/5/2014).

Dia menyebutkan,saat ini harga jual ikan mas di tingkat petani sebesar Rp16.000 per kilogram. Sedangkan harga pakan dengan protein tinggi mencapai Rp8.000 per kilogram dan pakan biasa harganya bisa Rp7.500 per kilogram.

Selama masa tanam hingga panen, seorang petani setidaknya bisa menghabiskan pakan hingga 2 ton atau diuangkan bisa mencapai Rp16 juta. Biaya untuk membeli benih 1 kuintal menembus angka Rp3,2 juta. Sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan seorang petani Rp19 juta.

"Dalam sekali masa tanam, petani maksimal bisa menghasilkan daging ikan hingga 100 kilogram ikan atau dikalikan harga jual Rp16.000 maka hasilnya Rp16 juta," ujarnya.

Dengan demikian, petani menderita kerugian hingga Rp3 juta untuk sekali masa tanam. Karena sudah tidak menguntungkan itulah banyak petani yang memilih meninggalkan usahanya budidaya ikan.

Disisi lain, budidaya ikan mas di waduk yang berada di Kab Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta ini menjadi pemasok terbesar kebutuhan ikan mas nasional hingga mencapai 70%.

"Kami sendiri sejak 2012 sudah mengajukan proposal ke Kementerian Perikanan untuk mendapatkan bantuan, tapi sampai sekarang belum ada respon dari mereka," ucapnya.

Aspindac sendiri, pernah berinisiatif untuk membuat pakan mandiri terlebih bahan baku seperti ubi kayu dengan mudah didapatkan. Akan tetapi dalam praktiknya terkendala oleh permesinan untuk mengolahnya menjadi pakan.

"Kami sendiri telah melakukan perhitungan kalau pakan dibikin sendiri biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah hanya Rp4.500 per kilogram. Yang kami dengar pemerintah justru salah sasaran dalam memberikan bantuan," ucapnya.(k6)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ajijah

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro