Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ciputra Way: Cermat Perhatikan Lingkungan Sekitar

[caption id=attachment_252168 align=alignleft width=150] (jibiphoto)[/caption]
(jibiphoto)
(jibiphoto)

[caption id="attachment_252168" align="alignleft" width="150"] (jibiphoto)[/caption] JAKARTA--Seorang entrepeneur, seperti halnya dalam profesi lainnya, pun mengenal istilah hitam dan putih. Yang saya maksudkan di sini adalah kelompok yang bertindak sewenang-wenang demi kepentingannya sendiri dan mereka yang memperhatikan keselarasan dan harmoni antara bisnis yang dimiliki dengan unsur lain di sekitarnya. Dalam bidang properti yang saya tekuni juga bisa ditemui 2 kelompok tersebut. Ada mereka yang dapat digolongkan sebagai pengusaha hitam dan pengusaha putih. Banyak orang mengasosiasikan pengusaha properti secara keseluruhan sebagai kelompok pengusaha yang mengabaikan lingkungan sekitar, tentunya saya sangat tidak setuju. Kita harus secara fair menilai seorang pengusaha. Saat seorang mahasiswa Prasetiya Mulya bertanya pada saya bagaimana reaksi saya tentang anggapan masyarakat tentang pengusaha properti yang merugikan lingkungan, saya menjelaskan bahwa terdapat dua kelompok pengusaha seperti yang saya sebutkan di atas. Dan lagipula, tanpa adanya pengusaha dan bisnis properti di Indonesia, rakyat Indonesia yang jumlahnya ratusan juta akan tinggal di mana? Manusia Indonesia masih banyak yang kekurangan papan, yang menjadi kebutuhan pokok utama selain sandang dan pangan. Inilah yang coba dipecahkan oleh pengusaha properti untuk rakyat. Jadi, terlalu gegabah untuk menyimpulkan secara umum bahwa semua pengusaha dan bisnis properti itu merugikan. Tidak semuanya demikian. Saya juga ditanya mengenai apakah seorang entrepreneur harus mencemaskan apakah jika ia mendirikan bisnis akan ada pihak lain yang dirugikan atau merasa dirugikan. Ambil contoh, seorang entrepreneur mau mendirikan bisnis roti tetapi ia mengurungkan niatnya hanya karena segan merugikan toko roti kecil di dekatnya yang bisa bangkrut jika usaha miliknya nanti berdiri. Saya jawab dengan berseloroh, Nah, Anda ini mau maju tapi tidak mau merugikan orang lain, jadi pendeta atau kyai sajalah! Secara panjang lebar, saya kemudian jelaskan bahwa berentrepreneurship itu harus memperhatikan lingkungan sekitar. Selain itu juga harus didasari atas asas suka sama suka. Satu pihak setuju dan percaya, begitu juga pihak lain, baru bisa terjadi hubungan bisnis yang lebih banyak membawa manfaat positif dan konstruktif. Karena itulah, saya tidak kenal lelah mengingatkan setiap entrepreneur perlu dan harus memiliki integritas yang dimiliki oleh pemuka agama yang selalu ingat akan kehadiran Tuhan YME, dan pada saat yang sama juga harus menjalankan bisnisnya dengan profesional agar lebih maju dan profitable sembari terus berkontribusi positif dan memperhatikan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Itulah keseimbangan yang perlu kita capai dalam proses berwirausaha.(JIBI/yri)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper