Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adi Kusuma Memilih Jalan Sendiri

[caption id=attachment_432426 align=alignleft width=234] Adi Kusuma (web)[/caption]
Adi Kusuma (web)
Adi Kusuma (web)

[caption id="attachment_432426" align="alignleft" width="234"] Adi Kusuma (web)[/caption] Di antara sekian banyak pelaku bisnis, hadir para pebisnis baru yang sedang melejit baik karena berhasil mewarisi bisnis orang tuanya maupun yang memulai dan membangun bisnis dengan kekuatannya sendiri. Kali ini Bisnis Indonesia mewawancarai salah satu the Rasing Star, Adi Kusma, yang menarik perhatian publik karena berhasil mengembangkan brand Biznet. Untuk mengetahui pengalaman pendiri dan Presdir Bisnet, berikut petikan wawancaranya. Bagaimana Anda mulai terjun di bisnis Internet? Kami memulai pada 2000 dengan melayani Internet hanya di gedung-gedung. Bahkan, pada periode 2000-2006  hanya 13 gedung yang kami layani, yang sebagiannya masih terkoneksinya pakai wireless, sebagian pake infra red. Sejak  2006 kami berkesempatan membangun kabel optik di kawasan Sudirman,  Jakarta. Itu pun hanya 10 km, kemudian 2007 kami bangun 50 km ke wilayah Jl Thamrin dan  Jl Fatmawati. Jadi kami memulai dari Mid Plasa, BNI, Sudirman, Thamrin, Ratu Plaza dan seterusnya. Dari situ mulai berkembang pelan-pelan, cuma pada  2008 agak slow down karena terjadi krisis. Setelah itu kami kembangkan lagi hingga per hari ini kabel yang kami bangun sudah mencapai 6.500 km. Apakah Anda berbisnis ini karena arahan orang tua, atau atas inisiatif sendiri? Saya selesai kuliah pada 1998 di Amerika Serikat, lalu kerja sebagai  programmer. Nah kebetulan di kantor saya bekerja, saya melihat  sales mereka menelpon pakai call free 1800  ke kantor untuk ambil koneksi Internet plus ambil e-mail. Belajar dari situ saya bertanya kepada manajer IT-nya, bagaimana caranya, kok ini benefit banget yaa. Di Indonesia, bisnis Internet  saat itu masih baru. Nah, saya melihat bahwa Internet ini benefitnya banyak. Kalau sebelumnya  Internet dipakai  hanya untuk menggantikan faksimili. Sekarang faksimili masih ada, tetapi jarang dipakai. Waktu belum ada yang namanya e-commerece, Internet hanya sebagai katalog, pusat informasi belum untuk transaksi. Jadi melihat dari situ, saya lalu berpikir bahwa yang saya alami itu cocok buat Indonesia. Pada saat itu untuk koneksi Internet gedung ternyata sulit. Yang ada waktu itu hanya Indosat dan Telkom tapi waktu masangnya  2 bulan, padahal untuk bisnis orang gak bisa menunggu sampai 2 bulan. Nah, ya sudah kita pake koneksi wireless dan infra red ke gedung itu kemudian di dalamnya kita bangun jaringan. Jadi dengan yang lain membutuhkan  waktu 2 bulan, dengan kami hanya dalam 2 hari sudah bisa terpasang. Mulainya dari  di situ saja. Baru pada  2006 kami memiliki kesempatan membangun fiber optik, dari situlah Biznet berkembang sangat pesat dan kita memang fokus di pangsa bisnis. Namanya saja Biznet, jadi fokus di bisnis Internet. Apa orang tua Anda berbisnis sehingga mendorong Anda untuk terjun ke sana? Begini, saya kuliahnya teknik industri. Orang tua  saya memiliki pabrik besi, dan mereka  maunya  saya menerusi bisnis mereka sebagi  orang tua. Namun, akhirnya saya tidak lanjutkan bisnis keluarga dan saya memilih jalan sendiri. Apakah orang tua dari awal mendukung Anda yang berbisnis di luar arahan mereka? Mereka mendukung. Bahkan, saya melihat keluarga menjadi seperti mentor. Saya backgroundnya orang teknis, ya megang dapur dululah, maka harus belajar tentang sales dan  marketing. Saya belajar bagaimana caranya bukan hanya membikin sesuatu tetapi tidak tahu menjual. Kalau begitu caranya, nantin makan sendiri hehehe.. Di situ saya banyak belajar dari mereka sebagai  mentor, baru kemudian dengan buku dan lain-lain. Jadi saya percaya bahwa supaya bisa mengembangkan bisnis sendiri, kemauan untuk belajar harus sangat tinggi, apalagi bisnis telekomunikasi, Intenet, dan TV,  itu bisnis yang sangat dinamik. Kita bisa lihat teknologi handphonelah, 10 tahun lalu semua orang pakai Nokia, sekarang sudah hampir hilang . Sekarang BlackBerry katanya lagi ada problem, kita tidak tahu 5 - 10 tahun mendatang apakah masih hidup atau tidak. Jadi kita tidak tahu the next. Orang ganti hp setahun bisa berkali-kali, tetapi orang ganti kulkas tidak setiap tahun. Saya melihat perkembangan teknologi saat ini mungkin seperti Samsung, 10 tahun lalu ketika  kita tidak tahu Samsung, perkembangan sangat cepat. Dalam teknologi ini sangat cepat, sama seperti Internet, demand untuk teknologi kemudian demand untuk kecepatan selalu bertambah karena konten juga bertambah. Dan tentunya yang paling utama memang harus dari infrastruktur dan sebetulnya ini jadi kami punya komitmen. Indonesia itu tertinggal sangat jauh untuk infrastrurktur dibandingkan negara lain. Jadi kita bangun jaringan dengan kabel optik 6.500 km dan kita akan bangun terus dengan target di akhir tahun ini mugkin bisa di 8000 km. Kemudian salah satunya ada TV kabel. Pada awal di Sudirman, hanya b to b, nah istilahanya untuk enterprise, perusahaan besar, kemudian kami turun ke SMB(small and medium business) ke ruko-ruko dan sekarang kita masuk ke rumahnya. Jadi kita sudah cover dari segmen paling bawah hingga ke yang paling atas. Dan tentunya dengan harganya masih-masing, kalau di rumah paling murah itu 250.000, untuk SMB 600.000 dan enterprise paling murah Rp3 juta. Kami sudah punya positioning masing-masing, di rumah itu ada Max3 yang kita mulai Desember 2012 dan memang jumlah jaringannya masih sedikit dibanding First Media atau yang lainnya, kita per hari ini sudah 78.000 homepad (sambungan rumah) dan di akhir tahun bisa di angka 820.000. Apa tantangan utama Anda dalam berbisnis selama ini?  Tantangan yang utama adalah pembangunan infrastruktur, itu tidak gampang, ini kan kalau wireless mungkin gampang tapi bangun power wireless juga gak gampang. Jadi tantangan pertama itu masalah perizinan dan regulasi. Kita kan bermain jaringan data, kabel lagi. Kalau saya untuk taruh kabel di suatu jaringan, suatu tempat, saya harus  minta izinnya ke mana- mana, baik dari pemerintah maupun swasta. Di luar masih ada preman lagi. Proses di situ rumit, dan proses rumit membuat cost juga tinggi sehingga pemainnya tidak banyak. Ada beberapa yang main di situ seperti Telkom sebagai perusahaan BUMN, kemudian ada Fist Media yang memang mereka lebih lama di bisnis ini. Fist Media malah mulai bisnis dari rumah kemudian ke corporate, kami malah kebalikan dari corporate dulu baru  kemudian ke rumah-rumah.   Siapa inspirator utama bagi Anda dalam memulai dan menjalan bisnis? Yang pasti keluarga, bapak dan om saya yang adalah pemilik Midplaza  itu adalah dua orang yang banyak mengajari saya. Bagaimanapun mereka sudah memiliki experience. Kadang-kadang kan banyak hal yang tidak ada di buku. Jadi  kalau semua restoran taruh resepnya di buku, maka orang bisa masak sendiri di rumah ya hehehe. Itu sebabnya buku resep bohongnya tinggi. Sekali lagi yang paling dominan mereka berdua, mereka  yang menjadi inspirasi. Masing-masing dari background berbeda tapi pada intinya bagaimana untuk running the business.  Ya seperti anak bayi saja masih perlu dituntun, disusui, kasih makan pun disuapi, samalah seperti itu saya melihatnya, perusahaan juga sama. Di awal justru di situ masa-masa memberi fondasi untuk dapat bekerja dengan baik. Biznet masuk usia 13 tahun ya istilahnya kalau manusia, sudah ABG, sudah besar, tetapi belum boleh dilirik, lihat-lihat bolehlah hehehe.. Apa yang menjadi filosofi Anda dalam berbisnis? Paling utama adalah fair. Satu fair kemudian salah satu lagi merumuskan positioning untuk tiap produk,  posisinya  di mana dan fokus kerja kita hanya di situ. Positioning dan fokus di situ. Dari dulu kita sangat fokus hanya di Internet. Ke TV kabel pun kita posisitioning itu Internet di rumah karena brand yang kita sudah bangun. Biasanya untuk melayani corporate demandnya lebih tinggi, mau kualitas yang lebih baik, tapi salah satu keuntungan di bisnis ini ialah harga menjadi nomor dua, yang penting ialah jaringan Internet yang kita siapkan harus handal. Kita berusaha pakai perangkat lebih baik. Saya ambil contoh seperti orang masak di rumah dengan orang di restoran, sama-sama memasak, tetapi dengan peralatan yang berbeda. Atau seperti tukang foto, kita bisa foto-foto pakai ponsel, mereka yang profesional membuat foto pakai kamera hasilnya foto juga berbeda. Selama menjalani bisnis, kapan situasi paling  berat yang Anda alami? Paling berat sebetulnya pada saat-aat awal membangun bisnis ini karena kembali lagi soal  positioningnya sudah benar gak? Pastinya bisnis 1-3 tahun pertama  itu berdarah-darah. Selalu ada pertanyaan, benar gak ya yang kita kerjakan, kita benar gak di market ini? Kita terus bertanya-tanya. Jadi pada 1 sampai 3 tahun itu paling kritikal, maka ada yang gak kuat di tahun ketiga lalu ada yang  give up. Inilah masa-sama kritis, termasuk yang saya alami. Hal lain saya melihat company itu ada siklus, susah di dulu sini kemudian mencapai peak, kemudian drop lagi, ya  seperti market saham saja saya lihatnya. Bertumbuh terlalu cepat, maka  pasti sedikit akan turun pada atahun berikut, itu  bisa dari segi orang, sistem ketika kelewat kencang sistem tidak bisa handel sehingga kita harus perhatikan  lagi baik dari tim maupun sistem supaya potensi untuk bertumbuh lebih baik.   Sebaliknya, kapan Anda merasa paling oke dalam bisnis ini? Mantap sih ga pernah mantap pak hehehe, bisnis itu gak pernah di situ (mantap). Saya ingat banget satustetment yang dibicarakan CEO Nokia yang pernah mengatakan produksi nokia sehari sama dengan produksi apple setahun. Dia sangat percaya diri waktu itu, tapi kenyataan sekarang dia sudah down. Produk-produk teknologi terserap sangat cepat dan market tidak menunggu, bahwa dia butuh hari ini dan harus ada hari ini. Market tidak akan menunggu karena dia cinta dengan sebuah brand, ah saya tunggu sampai brand itu keluarkan produk, tidak demikian dan dia akan pindah. Tidak ada loyalitas untuk teknologi. Handphone ganti tiap tahun, kalau kulkas mungkin lebih loyal hehehe, tidak ganti selama masih berfungsi. Samalah seperti AC, kalau gak pindah rumah gak pernah ganti, kalau telpon bisa bulan depan ganti hehehe. Apa rencana yang akan dikerjakan dalam waktu paling dekat? Produk baru sih gak ada. Kalau saya bilang, inginnya membuat apa yang dinikmati Jakarta bisa dinikmati di seluruh Indonesia. Inilah mission kami. Kalau sekarang mungkin hanya di Sudirman, Thamrin atau di mana  yang kami jangkau, tapi inginnya kami berbuat supaya bisa dinikmati di seluruh Indonesia. Intinya seperti itu. Jadi intinya kita harus investasi untuk bangun terus, itu yang kita harus prepare. Sekarang ini ketika dolar meningkat memang ada impas karena sebagian invest banyak dalam dolar karena impor. Intinya kami akan investasi secara bijak, dengan pilihan terbaiklah. Mana investasi paling besar, persiapan SDM atau infrastruktur? Investasi infrastruktur paling besar, untuk team kami  sudah punya punya hampir 1.000 dengan rata-rata usia 28 tahun. Bahkan kadang, kita meeting dengan perusahaan besar, mereka yakin gak ya ketuka ketemu anak kecil, benar bisa gak ya?  Saya bilang bapak ga usah worried kami punya credibility untuk deliver  pekerjaan kami. Dimana saja 1.000 karyawan tersebar? Waduh saya juga kalau ditanya itu binggung, tapi yang pasti kami ada di 17 kota. Biznet jaringannya ada 6.500 km, bisnis kami sudah ke ritel jadi benar-benar orangnya banyak bukan ke distributor, ini benar-benar kita lakukan hingga ke lapangan, team untuk instalasi, support, ya padat karyalah. Namun saya pikir baguslah karena menambah lapangan kerja. Pandangan Anda tentang karyawan? Yang terpenting trust, itu nomor satu, lalu  yang juga  penting yang selalu saya bilang kepada mereka adalah harus get the work from your heart, istilahnya passion.  Di sini kalau passionnya tidak maka tidak akan hasil yang optimal. Kayak seseorang yang passionnya nulis lalu disuruh masak ya tidak bisa. Jadi saya selalu bilang, kalau kerja yang paling top itu kerja dari hobi. Lihat itu restoran, biasanya dari hobi, ibu-ibu di rumah hobi memasak lalu membuat  katering, karena dia passion, dia bisa mendeliver sesuatu yang baik dan dia happy. Saya selalu bilang work from your heart. Passion. Kalau kita passion, saya selalu bilang hasilnya akan luar biasa. Apa tantangan Anda sekarang?  Saya selalu bilang, dalam  berbisnis itu 90% strategi itu benar, tapi hanya 10% yang bisa mengimplementasi strategi dengan benar. Karena dalam suatu perusahaan atau organisasi , paling banyak problem itu berasal dari internal, itu belum ketemu kompetitor. Ini yang sangat banyak dan berlaku di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Busines plan itu benar, 90% busines plan itu benar, tapi hanya 10% yang bisa mengeksekusi dengan benar. Rencana bisnis kan juga indah di atas kertas,  begitu ke lapangan aduh duh hehehe. Orang mau belajar tinju, tapi  begitu sudah ketemu lawan seperti  Mike Tyson, jadi kacau semua. Inilah yang penting di mana suatu organisasi bisa diarahkan untuk mencapai satu tujuan yang sama. Di tengah kesibukan, apakan Anda sisihkan waktu untuk menjalan hobi? Hobinya saya kerja hehehe,  ya paling olahraga, paling lari. Tenis gak nendang, main gofl juga gak nendang, istilahnya kalau olahraga sampai nyucur keringat, kalau  main golf kan banya kongkow-kongkow saja. Maraton belum, satu-satulah dulu, coba coba 5 km, lalu 10 km sudah lewat, mau coba lagi lebih,  tapi maraton sudah lah mentok, gak deh coba maraton,  kita bukan atlet. Apakah tidak berniat untuk terjun ke politik? Gaklah, gak ngerti hehehe, bukan passion saya. Apa harapan Anda bagi kemajuan  di negeri ini? Kita punya infrastruktur yang lebih baik. Misalnya, sebenarnya dengan Internet kita  bisa berhemat jauh lebih banyak. Kita ambil  contoh seperti zaman dulu kita mau ngirim iklan ke koran, saya bikin, desain lalu minta ojek ngantar, sekarang ojek gak perlu, sudah sampai ke kantor  Anda, bentuknya sudah digital. Jadi ini sangat memacu efisiensi. Mungkin sekarang yang belum bisa kirim makanan aja ya, kita belum bisa kirim burger lewat online. Selama ini Anda mengembangkan bisnis jaringan Internet, TV kabel, dan data center. Bagaimana struktur perusahaan, apakah itu dikembangkan dalam satu PT atau dilakukan secara terpisah? Beberapalah, ya dua PT lah, pohon bisnis gak juga, sebelah-sebelahan saja. Hanya saja data center kami terbesar di Indonesia, dengan luas 2 hektare dengan kapasitas 2.000 rak komputer, ada rak-rak begitu, listriknya ada 20 megawatt yang sekarang  ada di Cibubur karena di tengah kota sini sudah tidak mungkin, orang menyewa, tapi gedungnya kami punya, lalu di ruangan ini ada satelitnya. Fungsinya sebagian ada di sini (Sudirman), sebagaian ada di sana. Beberapa karyawan saya yang tinggal di Depok jadi mereka lebih hemat waktu. Yang dulunya datang ke sini 2 jam sekarang 15 menit, yang saya  lihat waduh mereka sudah punya anak lagi,  wah jadi waktunya dimanfaatkan dengan baik, jadi lebih banyak waktu untuk melakukan hal lain dari pada nyangkut di macet, dan tentunya biasa 2 jam, jadi 15 menit jadi lebih enjoy. Pelanggan data senter di sini dan di sana kalau di total ada sekitar 500-an pelanggan, kebanyakan korporasi oil and gas, banking dan lain. Ini sejak Juli tahun lalu di ulang tahun ke 12 kita luncurkan Data Center dan kabel TV. Dalam ulang tahun 12 itu kita luncurin dua itu, (data center dan TV kabel), boleh dibilang kita sekarang nyusuin dua itu. Data Center di sini (di Jl. Sudirman) ada juga,  tapi tidak besar. Berapa investasi yang anda keluarkan untuk data center dan jaringan serat optik? Apa benar Anda bangun data center yang di Cimanggis senilai Rp350 miliar? Ya data center itu mahal. Pokoknya biaya infrastruktur  itu besar. Misalnya kabel optik satu kmrelatif tergantung lokasi, berkisar Rp300 juta - Rp500 juta per km. Jadi dengan 6.500, bisa dihitung berapa biaya untuk bangun serat optik. Saat ini Anda sudah membangun  6500 km, berapa kilometer  dalam waktu 5 tahun atau 10 tahun ke depan yang bisa Anda bangun?  Wah gak pernah ada target. Pirinsip kami,  yang penting ada duit  kami kerjakan, gak ada duit, kami  nonton dulu, yang pasti-pasti saja, bangun sesuai anggaran yang ada, gak mau besar pasak dari pada tiang. Saya melihat bisnis jangan paksakan sesuatu kalau kita gak mampu baik secara finansial, atau bila marketnya gak siap, ada bilaotak kita yang tidak sampe. Kebutuhan dana Anda besar. Pernah  berpikir untuk mencari dana dengan go public? Kalau go public untuk saat ini belum. Kita melihat bahwa yang kita mau kerjakan istilahnya growth slowly, gak mau yang terlalu berlebihan, pendanaan ada dari internal dan dari perbankan. Tapi memang intinya adalah harus growht secara organik, growth dengan akuisisi juga belum tentu yang terbaik. Buktinya berapa saja yang berhasil,hampir   60-70% akuisisi itu gagal. Kita lihat  contoh industri mobil di amerika, hasil akuisisi penyakit semua. Jadi balik lagi kita akan bangun bisnis kita sesuai dengan kultur. Satu yang saya lihat kultur di perusahaan, marketnya sudah siap atau belum, terlalu optimis kita bangun semua,  ternyata market kita belum siap. Bagaimana konsep Anda dalam mendidik anak-anakm termasuk mendidik mereka dalam berbisnis? Saya sudah berkeluarga dengan 2 anak, paling besar 10 tahun dan yang kedua 7 tahun. Kalau berbisnis, terserah merekalah, kan nanti 10 atau 15 tahun lagi mungkin sudah bukan Internet lagi, mungkin supernet atau apa kita kan tidak tahu. Jadi saya selalu bilang kerja selalu dengan passion, kalau passionnya nulis jadi wartawan, kalau passionnya masak ya buka restoran, terserah dia. Mungkin suka desain ya jadi interior desainer, balik lagi harus enjoy apa yang dia kerjakan. Apa impian yang belum tercapai? Kita selalu melihat seperti dulu yang kami  impikan, bagaimana  nanti di kota kecil di Indonesia semua orang bisa menikmati layanan Internet seperti di sini, mimpi seperti itu dengan harga yang terjangkau. Bisa tercapai? Hopefully. Harapannya begitu, yang menarik Intenet akan menjadi pusat entertaiment ke depannya. Jadi dua itu pengaruh Internet informasi dan entertaiment. nternet sudah menjadi kebutuhan primer, sudah seperti  listrik, air. Kalau telpon di rumah sudah ganti selular. Yang harus ada di rumah itu listrik, air harus ada karena kalau tidak ada pasti ditelpon, anak-anak ga bisa bikin PR, tidak bisa ini dan itu. Di rumah kalau Internet mati, anak-anak komplain, kalau tv mati juga komplain. Tapi nanti, TV mati gak apa-apa karena bisa dicari di Internet, yang penting Internetnya jangan mati. Apalagi sekarang tugas-tugas sekolah bisa dicari di Internet, zaman dulu kita harus ke perpustakaan, buat kliping, cari di koran,wah zaman sekarang tinggal klik-klik Tren hiburan berpindah? Kemarin saya ada ketemu beberapa orang agency. Benar loh jadi memang tren entertaiment Sudah mulai shift, jadi sekarang kalau kita bandingkan 10 tahun lalu jumlah keluarga yang nonton Tv semakin berkurang, makanya orang sudah tidak bergantung lagi pada TV. Konten TV kabel? Sebagaian beli, kemudian ada produksi sedikit, Biznet belum punya wartawan banyak lah hehehe. Apa komentar Anda program pemerintah soal Internet masuk? Yang  saya lihat, sudah datangkanjauh-jauh datang pake satelit yang dibuka cuma fcebook pak, pemerintah seharusnya menyiapkan konten yang sesuai. Mesti diajai melalui Internet cara bercocok tanam ini supaya lebih optimum hasilnya, untuk mengecek suatu harga ..kedelai ke atau apa, atau bagaimana membuat furniture. Intinya adalah konten ini pembelajaran untuk petani atau rakyat indonesia secara general supaya ada hasilnya, bukan untuk facebook, atau twitter gak benefit. Kita punya pangan juga banyak masih impor, kita dengan luas negara sebesar ini, saya tidak tahu zaman dulu ada penyuluhan-penyuluhan, sekarang masih ada saya tidak tahu, ya itu kan bisa meningkatkan income mereka. Anda melihat Intenet itu apa ya? The bigest liberary on earth, tapi balik lagi untuk orang ini bisa menggunakan dengan benar atau tidak. Apa ada seruan untuk pemerintah terkait pembangunan Internet? Kita tuh selalu bikin ini selalu sendiri beda dengan China, yang ada yang goverment support. Kalau kita berjuang sendiri. Tapi yang penting bagi saya ialah, namanya birokrasi pasti ada dan itu kita harus hadapi, tapi selama mereka memberikan izin, memang dilihat jika operator yang mengerjakan kompeten saya rasa gak masalah. Untuk saat ini kita cukup kooperatif, memang kadang-kadang ada daerah yang tidak mengerti. Mereka kan namanya birokrat tidak dari orang IT semua. Yang dia tahu yang ada di tangan dia saja. Tapi yang intinya ialah dengan pembangun jaringan yang lebih baik yang pasti bisnis oportunity dari situ sangat besar, kemudian peningkatan nilai ekonomi juga besar, kemudian orang juga lebih efisien. Jadi kita mau antar koran dari Tasikmalaya ke Jakarta ongkosnya berapa, makan bensin berapa banyak, subsidi bensin yang diberikan pemerintah, dengan Internet cuma  satu detik sampai. Omzet kita setahun? Ya cukup buat ngopi hehehe... Kita privat company tidak pernah disclosed, cukup-cukup ngopi ya. Pengaruh Internet via mobile? Kalau untuk konsumen yang paling dominan ialah harga. Tapi balik lagi apabila kontennya makin banyak dan pengen lebih cepat pasti dia pengennya fixed line. Misalnya sekarang bapak nelpon pake handphone berapa kali putus, tapi kalau bapak di kantor biasanya  nelpon pake fixed line karena  gak pernah putus karena memang yang di mobile  sudah padat sekali. Kalau kita lihat di Korea atau Jepang teknologi wireless dan kabel akan tetap berdampingan, ya wireless pakai untuk akses mobile data di kereta atau mobil. Tapi kalau nonton yang segede gini mana bisa (sambil menunjukk TV kabel) ya pasti pake fixed line. Wireless itu kita tidak tahu bahwa terhubung juga dengan kabel kalau kapasitasnya besar. Akan selalu berdampingan Mana dari kabel optik, TV kabel dan data center yang lebih prospektif? Kalau dilihat ketiganya punya posisi masing-masing. Istilahnya kalau data center kan rumahnya, rumahnya sudah ada, jaringan kan jalan dan TV kabel itu kontennya. Kita ada bikin film animasi untuk menciptakan konten, jadi bukan hanya jalan bolong. Sekarang jalan sudah gede mobilnya tidak ada, ga ada yang nonton, on line gak ada. Jadi kita cukup balance, hopefuly ketiga-tiganya bisa balance Kontribusi paling besar untuk pendapatan? Hmm jaringan, masih dari jaringan sekitar 80%. Yang dua ini masih baru, masih baby ya, baru nyusui setahun jadi maklum lah hehehe. Siapa kompertitor Anda?  Kalau untuk bisnis fixed line ada First Media dan Telkom. TV kabel bukanya banyak? Kita harus lihat lagi, kadang-kadang orang bilang yang satelit itu TV kabel padahal satelit. Nah kalau yang satelit tidak ada Internetnya, jadi yang menggunakan satelit seperti Indovision dia hanya menjual TV tapi tidak ada Internet,  yang ada TV dan Internet itu cuma First Media dan  Telkom. Tapi yang ilegal banyak. Ada dua asosiasinya. TV kabel ilegal banyak. Lagi diberesi oleh Kominfo Jadi kaya kita langganan konten dari HBO atau yang lain, kalau dia langganan Telkomvision satu atau Indovision satu, bapak bayangkan dengan satu pelanggan kemudian dia bagi kepada banyak orang.(JIBI/k29)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper