[caption id="attachment_288336" align="alignleft" width="300" caption="(antara)"][/caption] Tepat pada tanggal cantik 12-12-12, film hasil adaptasi novel ‘5 Cm’ dengan judul yang sama, diputar serentak di seluruh bioskop Indonesia. Film Indonesia disesaki calon penonton hingga harus mengantre jadi peristiwa langka pada tahun ini. Pada pekan pertama pemutarannya, kursi bioskop tempat film ini diputar, hampir nyaris selalu penuh. Diangkat dari novel karya Donny Dhirgantoro, film ‘5 Cm’ nampaknya telah memiliki massa tersendiri dari para pembaca novelnya. Sebagian penonton, dapat diperkirakan, menonton untuk membuktikan sejauh apa film ini dapat menyamai pencapaian rasa dari novelnya. Pun penonton ”polos” yang belum membaca novelnya tetapi menjadi ”korban” dari gencarnya promosi film ini. Menikmati film ‘5 Cm’ tanpa ”terbebani” (sudah membaca atau belum) novelnya, sudah cukup bisa merasakan kesegaran filmnya. Rizal Mantovani mengarahkan film ini menjadi film ”popcorn” (ringan dan renyah) yang asik. Donny Dhirgantoro, Sunil Soraya, dan Hilman Mutasi, yang berperan sebagai penulis skenario, menyuguhkan dialog-dialog segar dengan nuansa dan kemasan humor, di antara lima orang sahabat: Genta, Arial, Zafran, Riani, dan Ian. Komedi situasi dibangun melalui tokoh Zafran (Herjunot Ali) sebagai center of humor yang tergila-gila dengan Dinda (Pevita Pearce) adik Arial, di samping tokoh berwajah “kocak”, Ian (Igor Saykoji) dengan persoalan akademiknya. Peran Genta muncul sebagai pemimpin dari lima sekawan ini dengan diamininya setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Arial (Denny Sumargo), pria berbadan kekar dengan mobil Aston Martin-nya, yang sulit mengajak wanita untuk jalan bersama. Terakhir tokoh Riani (Raline Shah), yang hadir tak sekadar sebagai pemanis dari lima sekawan ini, tapi juga menjadi sentral romansa cinta segitiga di dalam persahabatan mereka. Hal paling ditunggu dari film ini, sudah barang tentu, yaitu bagaimana mereka (sebagai pemula) mendaki puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru (Mahameru) seperti yang diceritakan dalam novelnya. Walau setengah awal film ini diisi dengan pembangunan karakter dari tiap tokoh dan dari jalinan persahabatan kelimanya, penonton tidak akan terlalu bosan menikmatinya. Karakter Zafran atau Juple dapat membawa penonton tertawa terpingkal-pingkal. Paduannya dengan Dinda, cewek cantik tapi lemot, men-drive film ini menjadi memikat dan menghibur dengan porsi lebih banyak dibanding empat sabahat lainnya. Penceritaan mengalir hingga mereka memutuskan berpisah selama tiga bulan. Dari sanalah masalah dimulai, baik secara cerita maupun secara penuturan film. Adanya lipatan waktu di dalam film (time lapse) dengan potongan-potongan gambar (montase), membuat rasa (feel) perpisahannya kurang tersampaikan. Saat mereka kembali jumpa, perjalanan naik gunung pun tiba. Perjuangan untuk memulai perjalanan bagi para pemula inipun seakan hanya tempelan klise, yaitu salah satu sahabat tertinggal dan harus lari mengejar kereta dengan hasil yang bisa kita tahu. Semua karakter yang dibangun seolah runtuh ketika berhadapan dengan gunung. Dinda tak lagi jadi lemot, Arial tidak lagi hanya ”iya-iya aja”, saat semuanya membangun afirmasi bersama. Ada pesan moral di dalamnya, yang tersampaikan dengan baik di novelnya tetapi tidak terlalu mulus disampaikan dalam bentuk film karena dituturkan secara ”vulgar” (eksplisit) oleh para tokohnya dengan pengambilan gambar (shot) close up wajah. Sangat terkesan film ini ingin membawa pesan moral serta nasionalisme dalam filmnya. Karena tidak menyesuaikan dengan karakter yang dibangun dan situasi yang terjadi, hal itu menjadi terasa dipaksakan. Jiwa merah putih, tanpa motif dan kurang dibangun dari awal terlalu, muncul tiba-tiba ketika keenam pendaki ini sampai di puncak dengan selamat. Terlebih setelah mereka dan penonton mengalami satu pengalaman menegangkan dalam pendakian tersebut. Terlepas dari verbalnya pesan moral yang disampaikan, film ini cukup berhasil menampilkan keelokan kaki gunung hingga puncak Gunung Semeru. ’5 Cm’ cukup bisa menggoda orang awam (pemula) untuk mencoba turut mendaki puncak tersebut. Penggunaan helikopter untuk mengambil gambar jarak jauh (long shot) cukup memanjakan mata. Bagaimana pemandangan di ketinggian gunung yang telah menembus awan, terekam baik dalam film ini. Sebagai film ringan dengan muatan moral (yang verbal), film ‘5 Cm’ layak untuk Anda tonton. Panjangnya antrean ketika menonton film ini akan terbayar dengan suguhan segarnya candaan dan indahnya pemandangan dari film ini. Apakah Anda pendaki gunung yang pernah ke Gunung Semeru atau belum, ataupun Anda bukan pendaki gunung sekalipun, film ini bisa menjadi memorabilia bagi Anda dalam mensyukuri indahnya cipta karya Tuhan. (k4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

30 menit yang lalu
Apple, Microsoft, Hingga Amazon Tak Kebal dari Efek Tarif Trump

45 menit yang lalu
Transformasi Bisnis dan Tata Kelola Topang Kinerja Positif Jasindo
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

1 hari yang lalu
PHK Massal Bayangi Buruh Cirebon Jelang May Day
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
